Posts

Showing posts from 2018

Tepian Sinar Pagi

Image
Manusia termangu ditepian cakrawala, menyantap hidangan dimeja ruang tengah. Membicarakan kegiatan yang akan dilakukannya selama sehari. Berputar memutar seolah hidup enggan peduli. Berkata akankah ada keajaiban esok hari? Ketika matahari dan bulan saling bertukar cahayanya. Membaca arah jarum jam yang bergerak cukup lama untuk peristiwa pagi tadi. Berbicara mengenai rutinitas yang ia lakukan berulang kali, menempati dirinya bak hewan yang tidak pernah punya akal untuk menindak lanjuti beringas sang pemilik hutan lebat. Manusia saling bertukar ideologi, menyatakan kebenaran diatas kebenaran. Sejatinya manusia yang mengaku kebeneran ia adalah yang benar-benar benar akan bisa membentuk sebuah negara sendiri. Aku mengucak mataku sekali lagi, bahwa hidup memang perlu mengisi hari. dan dilakukan sebaik-baiknya waktu, Sia-sia akan terasa bila kebahagiaan dirasa hanya apa yang bisa di genggam tanpa menyadari sesuatu yang tidak terlihat bisa dikatakan kebahagiaan. Manusia sering memberi p

Albuk Fiersa Besari 11:11

Image
Source google images Fiersa Besari 11:11 Saya tak pernah menduga bahwa Bung Fiersa Besari selalu menunjukan karya yang sebegitunya. dan atas konsistensi yang tinggi. Bung terus menulis sampai terbit berbagai karyanya yang saling bersatu. 11:11 adalah album yang pernah di luncurkan pada tahun 2012 akan kembali hadir ke permukaan dengan tema albuk, yaitu album buku. Me-madupadakan musik dengan naskah yang saling beri-iringan. dari nama album dijelaskan bahwa 11 berarti mempunyai sebelas cerita, dan 11 lainnya yaitu isi album ada 11 lagu. dan akan ada konser 11:11 pada bulan kesebelas yaitu November. Memang saling menyatu, ini adalah albuk kedua karya Fiersa Besari. Sebelumnya yaitu albuk Konspirasi Alam Semesta naskah yaitu naskah yang saling menyambung antara cerita dan makna lagu. Source instagram @FiersaBesari Daftar lagu yang ada di album 11:11 kalian pasti tak asing lagi, memulai karir musiknya dari penjaga studio rekaman. Hingga kini mampu berjuang bersama kerabat kerj

Sunyi di Dinding Kamar

Image
Sejauh apapun kau berlari menjauhiku, aku tidak akan pudar. Pelantaran rumahku dihiasi senyumanmu. Tidak pergi dan tidak kembali. Memunggungi-ku lagi dan terus menerus. Aku tak merasa sepi, hatiku ialah kebun ingatan.Kau boleh mengunjungi, lalu meninggalkan. Kelakar pikiran di tepi kenestapaan membawaku terbang menembus awan. Jika kau tersadar kau memabukkan, tuangkan lagi secangkir senda gurau. Agar ku mampu bertahan hidup lebih lama dari selamanya. Kelak, jika aku mampu mencapai segala bising yang terurai di sebagian ingatan. dan memungutinya satu persatu tanpa ada paksaan. Ku mau ditemanimu. Sepi dan sunyi biarlah pergi. Menyusuri jalannya sendiri. Tiba saatnya ku terjatuh tanpa bersuara, ku harap kau tetap bersamaku. Menopang segala cemasku, merebahkan semua egoku. Menenangkan damai duniaku. Bisakah kau berjanji tuk malam ini? Jaga tidurku sampai aku terbangun tanpa ada satupun rasa sakit. Terlalu egois memang, Namun apa kau mau meninggalkan-ku juga tanpa suara? Sesungguhnya

Aku dan Sepasang Lelah

Image
Aku, Tak pernah takut kehilanganmu. Aku takut kehilangan diriku. Yang sudah ada pada dirimu. Aku, tak pernah berhenti berlari. Kau tak pernah berhenti menjauh. Aku tidak pernah berhenti berjuang. Kau tidak pernah berhenti menghindariku. Sepasang lelahku sudah mengepakan sayapnya. Menanti sayap-sayap selanjutnya, sampai akhirnya aku tersadar. Bahwa lelahku juga punya batas. Kehilangan mengajariku berbagai cara untuk terbang. Kehilangan menyadarkanku akan satu hal, ada yang pantas aku kejar. Bukan kamu, bukan siapapun. Bukan apapun yang menentang. Namun, suatu kebahagiaan. Temani aku, saat-saatku berjuang, dan bila semua terasa sudah nyata. Peluk aku lebih lama lagi. Biarkan perasaanku nyaru dengan udara. Pernah aku berfikir untuk berhenti. Hatiku menolak, hati tak selamanya harus di atur oleh otak. Aku hindari segala ingin yang tak perlu, bila kau merindukanku. Datanglah di tempat dimana aku tak bisa kemana-mana. di ruang waktu yang memenjaraiku hebat. Kau tak perlu melawan sepim

Sebuah-pesan-untuk-semesta

Image
Aku merasa jiwaku hidup diantara langit gelap, mendung, dan hujan. Burung camar dari luar jendela menelan sebagian nyala awan. Sedang, ranting pohon tak layu menanti datangnya petang. Sebagian udara terhirup menusuk hingga tergetar seluruh badan. Aku hembuskan setelahnya. Semesta berhasil merentangkan sebagian ingatan. Aku tuliskan sajak-sajak ku yang telah usang. di kertas hambar tanpa rasa Semesta mulai ingkar janji, pada yang katanya mampu menyejukan. Menenangkan. Aku tak perlu ini itu, apapun itu. Sebagian dari diriku sudah hilang di lenyapkan oleh yang katanya tuhan. Sunyiku perlu di rebahkan di pelantaran langit langit yang sebentar lagi turun hujan. Basahi aku, sampai aku terjatuh sampai ke arah paling tanjung bumi. Sampai suatu hari, kau akan tersadar tentang bagaimana caranya merayakan jatuh. Sebuah cerita yang mungkin akan di dengar tuhan, tentang masa dimana aku harus membagi sebagian pikiran untuk menerjemahkannya bersama waktu. Tunggu aku menjadi segala ingin yang k

Di batas senda gurau

Image
Aku sepi yang kau nyalakan, menari diatas pangkuan sang mentari. Aku terbakar nyala api, kau bertanya kenapa aku bertahan. Aku bertanya kenapa kau bertanya. Sebelum aku mati, sudikah kau membuka ulang semua pernyataan, tentang dirimu yang telah tinggal dibatas samar jenuh yang tertahan. Biarkan cakrawala memberikan sekat untuk kita, agar aku mampu berusaha lebih jauh. Dalam sepi yang kurasa sudah mulai gaduh, aku disudutkan dengan sesuatu yang membuatku terjatuh. pada titik dimana aku baru mulai berjalan. Suatu hari, saat senyum-mu bukan lagi untukku, aku harap kau mengerti. Bahwa aku tak selamanya jauh. Aku masih tepat disebalahmu. Menyamar menjadi aroma tubuhmu. Hingga kekal. Lelaki itu ialah aku, yang tak rela melihatmu terluka. Buatkan aku secangkir duka, dan sepotong hening senja. Sepagi ini aku terbangun dengan hati yang tinggal separuh. Heningnya mengusik getir rindu, mendesah menghujat waktu. Hilangkah semua rasa? Pudarkah semua asa? Lelaki dan kesunyiannya, memeluk mala

Walking without appreciation

Image
Sebenarnya, hidup bukan tentang bagaimana cara memandangnya. dan seperti apa menjalankannya. Sesungguhnya, hidup bak aksa yang mengangkasa. Tebar dan mengaum. Menerbitkan jalan baru, menyusuri mimpi yang lain. Bayangan itu mengikuti dari belakang, menagih perjanjian yang disepakati semalam, tentang apa dan dimana hidup terlaksana. Jiwaku mulai tersadar akan satu harapan yang lambat laun terlupakan. Menjadikannya berjarak dan berasa. Meninggalkan kenang yang mengekang untuk menariknya kembali di pikiran. Sebagian orang menanyakan untuk apa dan akan jadi apa nantinya. Pada setiap langkah yang pelan-pelan menjauh, aku menaruh patuh yang tak taat pada diri sendiri. Sampai aku menua, akan ada ini dan itu yang kau mau. Hidupku hidupmu ataupun hidupnya akan terus berjalan sendiri, tanpa sebuah penghargaan yang begitu berarti. Mengelilingi perjumpaan kasih sayang dan isak tangis kepergian. Kepadanya, yang berkepala api, aku tak pernah meminta apapun. apapun. Sebab, hitam tak selamanya hit

Suatu Malam Kelam

Image
Malam itu aku terpaku pada sebagian hamparan yang ku rasa tak bisa digambarkan, angin melantunkan desirnya yang menusuk ke dalam tebal jaket yang lupa ku rapatkan. Sedih menyala-nyala, apa yang menurutku membahagiakan seketika itu juga hilang. Di telan dinginnya. aku masih saja menatapnya, matanya binar. Kemudian kembali gelap, aku hilang arah. Mengikuti kata hati, menjalankan isyarat bumi. ia memilih pergi, ke tempat yang menurutnya lebih baik. Aku lupa meminta dengan paksa hatiku yang tertinggal. Untuk menjadi baik, melupakan segala buruk. Aku tak sepantas itu, hati tidak bisa direparasi, Enyahkan aku ke dasar jiwamu, segera. Sebelum aku menghilangkan diriku. Ke jurang paling dalam dan mati. Aku membakar api, tinggalkan aku. Biar aku terbakar sendiri. Sudikah kau melupakan segala kenang yang kita cipatakan bersama? Sudikah kau membiarkanku pergi tanpa permisi? Sudikah kau menjadi dirimu sendiri dan menutup akhir cerita dengan sedikit hiperbola? Biarkan aku mendaur ulang rindu se

Sisi Matahari Tumbuh

Image
Sesuatu lain tumbuh pada dirinya... Aku perlahan melepas genggaman, memikirkan apa yang terjadi tadi malam. Kau menghempas begitu jauh, hingga aku pun terjatuh, pada titik dimana aku tak bisa terbangun. Tapak kaki ku letakan begitu saja, di sudut gelap yang terlelap. Ada dirimu yang tertinggal di diriku. Kau belum tersadar, ada sesuatu yang lebih dari rasa sakit. Lebih dari rasa dan frasa. Kau tidak perlu peduli, tetaplah pada dirimu. Sampai kau mengerti, bahwa waktu berjalan maju. Aku pun jua, akan pergi tanpa kau minta. Matahari terbit dari sisi hatinya... Bak lagu, nampaknya kau bosan mendengarkan aku. Aku yang sering kau putar berulang kali, dan kau nyanyikan setiap hari. Tanpa perlu elegi dan instrumen, kau menghentikan sebuah nada minor yang hambar. Aku terhenti, pada nada sumbang yang tak sinkron. dan kau lupa meletak-kan aku ditempat semula, berhenti tepat pada nada tinggi yang kurasa tidak sehati. Kemudian, kau menyanyikan lagu lainnya dan meninggalkan aku pada nada yan

Untuknya Setengahku

Image
Aku pernah meninggalkan sebagian diriku untukmu, menjalankan keyakinan yang aku tuju untukmu. Sedikit meresahkan, tetapi sebuah perjalanan akan lebih menyenangkan jika tanpamu. Tanpa memikirkan untuk apa aku disini, dan mengapa aku pergi. Memandangi sekelilingku yang meyakinkanku untuk kembali, pada suatu titik dimana aku akan benar-benar pergi. Meninggalkan semua suka, menafikan semua duka. Aku pernah hampir hancur saat itu, saat aku memilih untuk mengikutimu. Menyenangkan maumu, menyusahkan jiwaku. Pernah aku berfikir untuk berjalan sendirian. Tanpa perasaan, tanpa apa yang mau di senangkan. Maksudku bukan meninggalkan, maksudku bukan menanggalkan. Aku harap kau mengerti, ada yang pantas aku harapkan. dan itu bukan harapanmu. Bukan mengejar yang kau harapkan. Bukan menuju yang kau pikirkan. Pernahkah kau tersadar hari itu aku akan hilang, saat kau bersikeras menyuruhku untuk segera pulang dan kembali pada point pertama. Aku tak bisa membangkang. Aku hanya bisa diam. Menurutimu m

Tidak Sekali Pun

Image
Aku tumbuh dari matanya yang kerlip, di tengah kabut cakrawala. Merona yang tak pernah padam menanggalkan sisa aksara di sudut jingganya. Memutar balikan langkah yang terhenti di sela nestapa. Aku tidak suka tanpanya, fana yang memabuk-kan ku. Anggur yang menidurkanku, sampai pagi menjemputku untuk segera pergi. Meninggalkan kecupan semalam, di tengah pipimu yang dingin. Sunyi datang membawa suara yang paling kerling. Membuat udara segar hilang diterpanya. Tanpa sebab, memaksaku untuk berpulang tanpa uluran tangan. Sesak kini bukan lagi khayalan, aku merasakannya sendiri. Menghabiskan-ku, menuntaskan-ku. Sampai aku hilang, ditelan malam. Aku pernah merasakan itu, menengguk habis diriku sendiri. Membuang ludah, kemudian menelannya kembali. Jemari yang merenggang menolak untuk tersadarkan. Melambai tepat dihadapan, berada pada garis terdepan. Memandangmu dengan tanpa sebagian mata. Sebab, mataku tak biasa memandang binar yang memantulkan frasa dan rasa.  Liar membara bergeliat, ber

Mentari turut bangga

Image
Aku tersenyum, matanya mengerling. Seolah tidak menyukai sesuatu. Sinar membentang dari ufuk barat, menunjukan bahwa waktu sudah berjalan searah. Ayam berkokok, isyarat ada yang perlu dikejar tanpa perlu berlari. Mataku terkantuk-kantuk, ada yang belum ditidurkan sedari malam. Langkah kaki perlu berjalan kemana pun tanpa tahu tujuan. Embun pun ikut jatuh menetes ke sela-sela renggangnya waktu. Keadaan memaksa-ku berlari kencang, sekencang cakrawala yang melintasi jendela kamar. Lampu taman aku matikan, hari mulai terang. Jiwaku seolah tersamarkan. Oleh manisnya mentari. Anggun, sulit dipadamkan. Gemerlap, tidak gelap. Cerah, memerah, merekah. Aku mencintai-nya satu persatu. Perlukah adanya perayaan untuk menyertakannya? Ku rasa tidak, mentari pun enggan bertemu padanya yang tidak menyapanya. di tinggikan, di agungkan, lalu dihempaskan. Kemudian, kita saling mengingkari sesuatu yang sudah kita yakini akan berwarna dikemudian hari. Terlaksana dan tetap terjaga. Aku diberadakan dit

Nelangsa itu Hidup

Image
Aku terdiam, membayangkan kesedihan begitu terulang. Melangkah seperti ada yang menaiki. Terasa berat, terasa muram. Kilat pada dadanya menyerang bertubi-tubi. Menjadikannya poros dunia, yang tidak pernah berpindah. Namun tetap menengadah. Memandang langit-langit penuh angkuh, aku tidak sekuatnya. Memanggul beberapa dari sekian makhluk yang bernapas. Menjadikannya pahlawan tanpa penghargaan. Penuh dengan jatuhan bebatuan, yang tak punya tuan. Kemudian terbentur kepalanya yang binar. Tetap bersinar, tetap berdampingan. Tak pernah setinggi langit, namun selalu berusaha sedekat tumit. Pelangi dimatanya seolah menari, menjadi payung diantara rintik kilau hujan. Gerimis tanpa pamit, deras terlalu kokoh. Memikirkan mimpi, menjalankan harap. Mendoakan, meniadakan kepergian. Memakai-kan topi itu padaku, agar tetap terjaga. Memberikan setengah dari hidupnya. Aku tetap sehat, aku tetap bisa bernapas. Menjalankan hidup dengan segala cemas. Tak perlu ada yang dikemas. Sebab, malaikat itu sela

Sepanjang Hitam itu

Image
Aku pernah menyukai itu. Namun, seperti ada waktu yang tidak berani mengeluarkan segala perbincangan hitam. Jingga yang berjalan mundur untuk tidak bergerak. memutar-mutarkan senjata untuk mematikan dirinya sendiri. Duduk menatap sebagian dari kegelisahan yang menangkap gerak. Menuangkannya pada setiap lembar perlembar baris rasa. Hitamku pernah menjadi putih. Saat itu. Saat aku pandai memberhentikan waktu. dan menarik ulang langkahku. Aku menyukai itu, memutar ulang lagu kesenangan. Tanpa sekalipun menindak lanjuti peperangan. Membawaku lari kepada yang kuasa. Tanpa memikirkan untuk apa. dan sedang apa. Aku terlalu menyukai itu. Kau tidak senang, Aku menyukai itu. Kau melarang, kau mengekang. Mengajak-ku pulang. Aku tidak suka rumah. Tidak suka mendengar apa yang tidak perlu aku dengar. Melakukan tanpa tahu apa yang harus ku lakukan. Aku belajar menyiasati satu demi satu. Waktu demi waktu ku lalui denganmu. Mengikuti apa yang kamu mau. Menurutinya dua demi satu. Aku tidak suka it

Lelaki Berpergian

Image
Sayu dimatanya membuatku membasuh muka berulang kali. Suara klakson tengah jalan tak membuat lelahnya terkesampingkan. Sepi dan luka terus menemani setiap tapaknya. Membakar arloji yang berjalan satu arah. Menafikan setiap embus napas menjadi isak tangis kepergian. ia tak pernah merasa sendiri, selalu ada teman baik pada setiap langkah. Aku belajar dari lelaki itu. Memendam segala kepedihan sendirian. Menahan segala keraguan seorang. Berjalan dan terus berjalan. Memandangi setiap hamparan dengan ketelitian. Aku diam. Merubah isi pikiran. "Setiap orang akan mati, setiap orang akan pergi. Apa yang kamu pelajari dari keduanya?." Aku bertanya. "Mati adalah pasti, pergi dan berpergian dua kata yang berlawanan. Tak usah di pikirkan. Jalankan, semua sudah di atur Tuhan." Jawab lelaki itu. Pada setiap perkataan yang terlontar aku simpulkan. Sesungguhnya, hidup bukan sekadar mencapai pencapaian. Namun, walaupun perlu perencanaan. Hidup tidak perlu terlalu senang, pe

Lelaki berwajah Matahari

Image
Aku pun turut merayakan kesedihan, merayu hujan agar tak turun. Membasahi wajahnya yang muram. Jingga dilangit membuatnya tersenyum berkali-kali. Aku turut berduka, pada patahnya yang meluka. Kabut menyarang di ujung kelopak matanya. Mendung dirautnya membuatku tak ingin segera pergi. Aku beranjak, kau tersenyum. Aku mengabaikan. Kau simpan lelahmu begitu dalam. Sampai aku tak pernah berfikir demikian. Aku mengacuhkan. debarmu membuatku untuk sesegera mungkin pulang. Aku begitu semangat bukan demimu. Meninggalkan langkah, menafikan jejak. Aku si pembangkang. Si pengekang. Hangat diwajahmu tak bisa ku tinggalkan, aku tak ingin kehilangan. Maafkan jika hati tak selaras dengan pikiran. Membuatmu membiarkan segala langkahku berjalan tak beraturan. Menapak pada sebuah senja di ujung pemberangkatan. Aku tersedu, bahagiaku bukan cuma itu. Perlukah matahari menampakan dirinya pagi ini? Aku rasa tidak, Matahari sudah terbit dari matamu. Menerangkan segala ikrarku. Menjaga segala sedihk

Lelaki Kinja

Image
Sedadu itu mulai menampak-kan diri, dari titik paling palung sebuah kehidupan. Menjadi sama dengan. Dahulu sering menembaki dirinya dengan senapan tunggal, kini menembaki satu dari sekian penjanggal. Menikmati proses perjalanan yang melelahkan, hingga pada satu tujuan. Memperbaiki diri hari demi hari. Jam demi jam. Terus membaik. Sampai pada penyembuhan. Ia berpulang. Menempati tempat terbaiknya lebih dulu, tak disangka. Nyawanya terperangkap oleh dunia. Fana, Bajingan, Tak indah, Bangsat. Babi. Mengikuti siasat bumi, Menjalankan alur maya. Hingga dirinya terpecah sebelah, membagi sebagian isi kepala dengan hakikat. Ia tak pergi, hanya saja terlalu menjadikan dirinya mesin pembalut lelah. Mementingkan bahwa hidup harus terpandang. dan banyak uang. Itu tidak terlalu penting. It's not important. Akulah lelaki kinja itu, mencoba melompat-lompat ke tebing tertinggi. Selalu tidak paling tinggi, hanya berada di dekat atas dan didekat bawah. Dunia dan hidup mengajarkan bahwa mati tid

Indonesiaku sedang tahap pembentukan

Image
Apa yang sedang diperebutkan? Kita dijadikan alat untuk perang, alat untuk menuai kekuasaan. Sebagai objek yang terluka. Kemudian, engkau bersenang-senang. kau menganggap dirimu menang setelahnya. Apa arti dari kemanusiaan? kau begitu lihai mengerti arti dari semuanya. Tanpa tahu arti dari memanusiakan manusia. Dengan pikiran yang membabi buta, menganggap semua sampah. Kau serakah. Aku tidak takut, Kami tidak takut. Walau mati sudah pasti terjadi, aku memilih mati lebih dulu. Lebih cepat dari gerakan sayap burung gereja. Itu yang kau mau bukan? mematikan yang tidak ada dalam syariatmu. Membunuh yang tidak diajarkan dalam pikiranmu, begitu pun Tuhan. Tuhan tidak sedang tidur, Tuhan pun ikut bingung. ketika manusia mensama ratakan kedudukan sebagai Tuhan. Merasa dirinya paling benar. Tuhan tak punya keturunan. Tuhan turut tersenyum. Sudahkah berbenah? Sudahkah merasa bersalah? Kau kerdil yang menjadikan persatuan harga mati menjadi porak poranda. Namun, sebagaimana persatuan.

Lentera

Image
Lentera semalam mulai padam, di serang godam habis-habisan. Aku hanya bisa menantikannya kembali terang. Aku tersedu, menunggu cahaya datang dari seberang. Menolongku yang sedang berjalan spontan. Menaikinya satu persatu kehampaan. dengan jubah ketiadaan. ditemani kesunyian. Lentera sengaja tenggelam, aku pun sebentar lagi. Apakah akan ada nestapa setelah ini? Ataukah datang pedusi yang kembali menenangkan? Kemudian kembali ditelantarkan. Aku pun juga ingin disenangkan. Aku juga ingin di ingatkan. Satu pun sama sekali enggan. Untukmu yang berjubah api; tetap hangat, meski air mulai datang dari matamu sendiri. Lenteraku sengaja terbang, ke hilir jauh dari mata. Tidak peduli, tidak lupa, tidak kembali --- pulang. Lantas pada siapa aku kembali? Jika tidak pada matanya yang pandai menenggelamkan. Penuh dengan cerita hidupku. Susah payah aku membuatnya. Jangan kau ubah, kau tidak sepantas itu. Aku ingin membahagiakan, sebagian besar yang menghidupiku hingga saat ini. Namun, satu hal

Suatu hari ----- Saat kau perlahan memudar

Image
Semalam aku tertegun, ditengah keramaian dan pada puluhan temaram. Aku berbalik ke arah berlawanan. Memandangiku dengan asing dan bising ibukota tengah malam. Kau mempercepat langkah, aku memandanginya dari belakang. Lalu aku kau tinggalkan. Aku menyusuri gelap sendirian. Memikul jingga pelangi disebagian kepala. Namun tidak bisa, aku tidak akan lupa. Malam itu, seperti malam tak bertuan, malam tanpa bulan, malam tanpa apapun. Aku tetap setia pada diriku. Menggandeng diriku beriringan. Hingga malam menelanku buas. Sampai mataku kantuk dan memelas. Kerlip itu akan tetap bersinar. Tidak akan pernah meninggalkan. Sebab; pagi akan menemuimu setelah doa-doa yang disandarkan pada lampu tidur malam itu. Kaki-kaki ini terpaku pada sebuah tempat indah, selainnya yang berwarna pink. Lalu lalang tatapan tatapan tajam saling berhadapan. Menyala membinarkan cahaya yang terang merusak mata sebagiannya. Timur-timur jiwa berdesak-desak menuju barat,utara,selatan menuju palung ketidakpastian. Pedu

Matahari Mulai Menepi

Image
Sepagi ini aku terbangun dengan setengah badan, membayangkan suatu masa dimana aku menjadi aku yang kau impikan. Menenangkan segala resah yang menyerang kepala. Menyingkirkan segala cemas yang memelas ditepian belikat dedaunan. Melampiaskan peluh yang mengucur deras dibeludru kiasan. Aku pun menunggu matahari datang. Di atas hamparan kesedihan. Bolehkah aku bersedih sepagi ini? Begitu menusuk sampai ke tulang, menembus sebagian dari diriku. Merasuk hingga ke inti jiwa. Menjalankan tiap dogma dengan penuh paksaan. Menepikan seringai keinginan. Hingga alam pun enggan menyapa. Asik pada egoisnya masing-masing. Aku pun jua sama, egois pada enigma. Tidak percaya dogma. Tetap pada aku. Ibu dan Bapakku seringkali melarang menunggu mentari terbenam. Katanya "Tak usah ditunggu, tapi kejar." Aku seringkali tidak mendengar. Hingga aku terseok sendirian. Berucap sabar sepenuh hati. Meninggalkan cahayanya yang menyingsing padam. Aku tak pernah takut mati, Aku tidak takut hujan. Aku j

Buku Arah Langkah karya Fiersa Besari (Book Review)

Image
Source of twitter @FiersaBesari Tidak habis pikir dengan perjalanan Bung Fiersa Besari dalam menemukan jati dirinya. Menulis dan bermusik. Berkelana ke seluruh indonesia. Tidak di sangka-sangka. Namanya lambat laun sudah muncul ke permukaan. Karena karyanya yang begitu apik. Dan berbeda. Buku Garis Waktu muncul di antara ribuan buku yang terbit. Sebuah pelarian, karena patah hati di tinggal mantan menikah. Sekarang saya pun berfikir sebegitunya. Bahwa, jika terpuruk mampu membuat seseorang bekarya diluar batas kemampuan. Bahwa jatuh bukan berarti di paling dasar. Namun, satu langkah untuk menjadi yang terdepan. Jika sedang bersedih, Kenapa tidak dijadikan karya saja? Jika resah tentang sesuatu, Kenapa tidak diabadikan? Sebab jika hidup selalu berjalan teratur dan cari aman. Apa menariknya hidup? Karya demi karya dibukukan, waktu demi waktu terlintas. Panggung demi panggung sudah di jajaki. Bung Fiersa Besari tidak berhenti disitu. Setelah Garis waktu, Bung Fiersa mengeluarkan

Ingin terkenal? Baca 3 Langkah ini!!

Image
"Saya bermimpi menjadi sukses dan terkenal, memiliki banyak uang." Menjadi terkenal tentunya yang di idam-idamkan oleh Masyarakat indonesia. Namun kebanyakan berbagai cara dilakukan termaksud dengan cara instan, tidak ingin menempuh perjalannya. Mencari sensasi demi sebuah eksistensi. Untuk apa hey? Untuk apa? Perlu sobat-sobat ketahui, seseorang terkenal dengan sebuah sensasi biasanya tidak akan bertahan lama. Ingin terkenal kok pake sensai, Saya lebih suka terkenal karena sesuatu karya yang memang bagus. Ketimbang dikenal dengan sensasinya. itu merupakan hak semua orang. Kadang hanya perlu mengingatkan jika sudah terlewat batas. Bukan begitu kawan-kawan babe? Orang akan mengingat kita sebagai publik figure yang baik ketika : 1. Menciptakan Karya yang beda Orang dengan karya yang berbeda akan lebih muncul dipermukaan daripada karya yang sudah sering dilihat. Misalnya ketika orang beramai-ramai membeli baju dengan desain yang biasa-biasa saja. Seseorang lainnya m

Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Image
Source of Google Images Dalam melakukan transaksi, ataupun jual beli lainnya. Tentunya akan sangat merasa gundah jika kita mengetahui bahwa orang tersebut telah membohongi kita sebagai pembeli. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengubah pandangan orang banyak mengenai hal tersebut. dan bagaimana cara menanggulanginya. Menurut saya sendiri, syariah itu memiliki banyak makna. di Indonesia sendiri Perkembangan Ekonomi Syariah hanya 5 % dilaksanakan,  95% lainnya perlu di kembangkan. dari situ menandakan bahwa indonesia memiliki keterlambatan dan hal ekonomi syariah. Tetapi tidak hanya di indonesia saja yang memiliki keterlambatan itu, ternyata di Timur Tengah juga. Sebagaimana kita menjadi bagian dari bangsa Indonesia, ada baiknya kita ikut serta memajukan Perkembangan Ekonomi di Indonesia.  Apa yang di maksud Ekonomi Syariah? Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan ca

Aku adalah Tuhan

Image
"Tuhan adalah Kejahatan, membiarkanmu menderita tak karuan. Menelantarkan-mu tak bisa makan, menghilang saat kamu kesusahan. Menjadikan-mu pemurung, melenyapkan wajah riangmu. Apa kau percaya Tuhan ada?." "Tak usah bertanya kepadaku, apa kau bisa merasakan rasa dingin?" "Pertanyaan bodoh macam apa itu hey, aku bisa merasakan dingin." "Menurut fisika, dingin itu tidak ada. Yang ada adalah ketiadaan rasa hangat. Lalu apakah kau tahu gelap? Apakah gelap itu ada?." "Kau selalu menanyakan hal yang bodoh, yang jelas gelap itu ada." "Kau salah, gelap itu tidak ada. Gelap terjadi ketika ketiadaan cahaya. Tuhan tidak pernah menciptakan kejahatan, kejahatan terjadi karena hasil seseorang yang tidak memiliki rasa cinta terhadap Tuhan" (Albert Einstein 1879 - 1955)

Lelaki kesepian

Image
"Pagi ini juga aku akan mati" "Mengapa demikian?" "Hidupku kosong, begitu juga kau. Tak usah ikut aku, biar aku pergi sendiri" Lelaki itu bersikeras menjadikan egonya sebagai Tuhan, bahwa hidup tiada yang kekal. Mati pun sama, ditanah. Apa ada yang mati lalu menguburkan dirinya sendiri di aliran sungai deras yang membawamu menuju muara tak adil. Tidak ada yang tidak berguna, tidak ada yang terendah dan tertinggi. Bahwa manusia dilahirkan sama. Makan nasi, minum air. Tak usah pikir mati. Tak usah pikir hidup sampai kapan. Pun; Tuhan punya caranya sendiri untuk mematikan. Tak usah merasa sendirian, menjadikan kesunyian teman bicara, menjadikan dinding hampa tempat berlindung. Hidup hanya sementara, Lantas untuk apa mendambakan kesenangan yang hanya semata? Pernah tidak berfikir manusia akan hidup selamanya? Lelaki itu berfikir demikian, apa yang harus dilakukan untuk hidup seribu tahun lamanya? Menebar kebaikan? atau menghardik kebencian? Loginy

Lelaki Pudar

Image
"Tak usah pikirkan aku, aku bisa menjaga diriku." Lelaki itu diam sedikit lama, matanya berkaca-kaca. Memelas ditinggalkan sepasang mata yang selama ini ia selami. Matanya membinarkan cahaya-cahaya jingga yang menenggelamkan segala cemas. Lalu berlari menghentak-kan kedua kaki beriringan. Lantas, harus bercerita kepada siapa? Nestapa menghampar tampak di depannya. Sepasang lengan yang selama ini menjaga malamnya. Menjelma menjadi bidadari tak bersayap itu sudah memiliki sayap baru. Ia terbang kesana kemari, dan jatuh tak tepat kepada lelaki itu. Punggung yang selama itu mampu menerjemahkan isyarat kepergian, menjadikannya alas dari rebah yang tak selesai. "Aku akan pergi dengannya, carilah rumahmu yang lain." Sepuluh detik menuju dua puluh detik ke belakang, ucapanmu itu terlontar deras menghantam dinding hati. Menjadikan telinga bergema begitu keras, hingga otak terhenti sejenak. Lelaki itu tak berkemas, hatinya tertinggal di dirinya. Peluknya menjelma men

Lelaki Jingga

Image
Lelaki itu hilang ditelan langit merah di ujung pemberhentian. Sayap hitamnya terbakar amarah yang berapi-api. Ia menampikan wajah kecemasan, Layu tanpa harapan. Di campakkan beberapa pengasingan, di asingkan kehidupan. Sendiri tanpa sayap-sayapnya. Mati semati-matinya. Lelaki itu terus berjalanan menuju terowongan biru lebam, mencari sesosok teman di sela sedu sedan itu. Menangis sekeras-kerasnya, semua menutup telinga. Tak ada yang ingin mendengar. Bak anjing yatim; kakinya berdarah, patah tak bertuan. Namun, kehidupan seolah enggan peduli. Dibiarkan merah darah, tanpa perban dan obat merah. Terseok seorang diri. Terus mengais tanpa sedikit memberanikan membuka diri. Mata sayunya menjadi kelu, rautnya tampak lesu dan tak bergairah. Gusar terhadap Tuhan. Ingin bertemu dengannya sekadar berjabat tangan dan menjadikannya sandaran. Dan Tuhan tak selalu menepati janji. Malam dan siang pun lambat laun tak berjalan, waktu mendadak diberhentikan. Tuhan menunjukan kekuasaannya. Lelaki it

Kita pernah merasa gagal, bukan?

Image
Pernahkah kau merasa hidupmu berjalan begitu teratur? Hingga kau merasa aman tanpa hingar bingar? Menangis tanpa tahu apa yang ditangisi, merengek tanpa tahu karena apa. Memohon, mengais cerca harapan yang tertanam. Meracau sendirian tanpa henti. Menafikan setiap hembus napas yang terengah. Menuliskan tiap bait puisi dengan sayap-sayapnya. Tuhan sedang tidur? Tidak, ia begadang. Mendengar doa-doa yang kau panjat. Aku menggusar, maafkan hamba. Aku menderu, jangan dengar aku. Aku sedang menatap mataku sendiri. Menerkam, mengerling, memburu dadaku sendiri. Aku tak tahu apa maksudnya, aku hanya maha salah. Tetap seperti itu, aku tak akan lelah. Duniaku lebam, tanpa warna-warni dinding itu. Tanpa bintang dan tanpa tapi. Bulan yang dulu ku agungkan perlahan menjauh. Meninggalkan hampa yang tak terlihat dengan mata terbuka. Menjauhkan-ku dari sang maha. Kerlap-kerlip lampu temaram, mengajak-ku berlari menuju haluan. Membiarkan-ku gelap tanpa teman. Aku sedikit memejam, memimpikan keberada

Perjalanan Menuju Yang Benar

Image
Kala itu, entah umur yang keberapa. Yang jelas masih kecil. Sekecil semut mungkin. Atau sekecil undur-undur? saya tidak ingat. Jangan paksa saya untuk mengingat. saya mohon. Belum sekolah, dan belum tahu apa-apa. Saya merindukan ini, Menjadi anak kecil. Yang kalau jatuh hanya luka dan menangis. bukan jatuh cinta. Aduh saya nangis nih lama-lama. Nangis keluar semut. Dari dulu emang terlihat seperti model sepatu NB sih, rambut juga pake pomade gatsby yang sachet-an. Beli di warung depan sekolahan. Gimana ganteng ga? Pastinya ganteng kan. saya aja sampai suka sama diri saya sendiri. Dulu mah saya mainnya benteng tujuh, bukan Mobile legend. Mainnya galaxin, bukan instagram. Apalagi apalagi komen dong. Jajannya juga 2rb juga seneng parah sih, bisa beli mi gelas disekolah, sama tempelan klub bola, kalau full dapet hadiah, Gokil sih kangen parah. Anak jaman sekarang mah mainnya gadget, gapapa sih perkembangan jaman. Ganteng parah ga sih? Oiya nih, seinget saya ini abis makan indomi