Suatu hari ----- Saat kau perlahan memudar


Semalam aku tertegun, ditengah keramaian dan pada puluhan temaram. Aku berbalik ke arah berlawanan. Memandangiku dengan asing dan bising ibukota tengah malam. Kau mempercepat langkah, aku memandanginya dari belakang. Lalu aku kau tinggalkan. Aku menyusuri gelap sendirian. Memikul jingga pelangi disebagian kepala. Namun tidak bisa, aku tidak akan lupa. Malam itu, seperti malam tak bertuan, malam tanpa bulan, malam tanpa apapun. Aku tetap setia pada diriku. Menggandeng diriku beriringan. Hingga malam menelanku buas. Sampai mataku kantuk dan memelas. Kerlip itu akan tetap bersinar. Tidak akan pernah meninggalkan. Sebab; pagi akan menemuimu setelah doa-doa yang disandarkan pada lampu tidur malam itu.

Kaki-kaki ini terpaku pada sebuah tempat indah, selainnya yang berwarna pink. Lalu lalang tatapan tatapan tajam saling berhadapan. Menyala membinarkan cahaya yang terang merusak mata sebagiannya. Timur-timur jiwa berdesak-desak menuju barat,utara,selatan menuju palung ketidakpastian. Pedusi yang menyakitkan telah dilenyapkan didalam diriku. Menjadikanku lebih luas memandang dunia. Aku tidak pernah menjadikan diriku badut, hanya untuk menghibur kala sedihmu. Aku ialah selimut tidurmu. Mendendangkan kemelut yang menyeraut dalam dasar hatimu.

Saat perlahan kau memudar, aku tidak takut. Sepatuku tetap menjaga langkahku.
Hidupku yang mati ini biarlah mati. Biarkan menjadi sejarah. dan hilang saat kau memintanya.
Sisa-sisa tabirmu masih tersimpan rapih dilemariku. Tidak pernah hilang. Meski lemariku terjual,
Saat waktu sengaja diberhentikan, ingatlah aku sebagai yang hilang. Namun tetap terjaga.
Saat alam perlahan menjauh, ingatlah aku pendar indah dimatamu yang tumbuh sendiri.
Dan tidak akan pernah berhenti, kecuali maut menenggelamkanku.

Salam indah, Malam itu.

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)