Posts

Showing posts from 2015

Lelah tak berkesudahan

Hari yang begitu cerah, secerah senyumanmu ketika melihatku. Kamu yang dulu membuat aku ceria, seceria menertawakan kita. Sekarang tinggal kenangan yang hanya dapat ku simpan di dinding tua nan usang. Aku sedikit pusing, ketika kamu memilih untuk meninggalkan bukan menunggalkan aku dihatimu. Kamu lebih memilih hilang? Jika itu, aku hanya bisa diam. Terpuruk dalam kesedihan. Kemudian tersendak ketika mendengar kabar kamu sudah milik orang. Oh.. Inikah cinta? Yang katanya indah, yang katanya mampu membuat orang bahagia, yang katanya bisa membuat orang gila. Sekarang aku percaya cinta adalah sepasang kasih yang dipertemukan dan kemudian dilepaskan ketika salah satunya tidak berjuang . Cinta adalah tentang dua pihak. Yang saling meminta hak. Untuk dicintai. Mencintai sebagai kewajiban orang yang memilih mencari. Kamu lebih memilih dia? Jika itu, yasudah pergilah dengannya yang punya segalanya. Aku yang bukan apa-apa. Bisa apa? Aku hanya punya tangan, untuk memelukmu. H

Kita, lewat Kata

Kita tinggal separuh, dimakan ego kita sendiri. Aku bisa mati berdiri, jika kamu tak lagi disini. Matahari terbenam memerah, Mungkin kau sedang marah. Memutuskan untuk pergi. Dan kini aku tak tau arah. Hatiku tak pernah mencari, ia jatuh sendiri. Mari membilang kita lewat kata. Apakah kita adalah kita? Sebut saja aku si pandai mengolah kata, tapi tak pandai mengolah kita. Kita hanya dua orang yang pernah, saling pernah, hanya pernah dan tak pernah lagi. Terkadang aku sering merasa denganmu, tapi tanpa kamu. Aku sendiri. Menyendiri sambil berdiri. Kita sudah tak bisa dipungkiri. Perpisahan adalah harga mati. Apakah kita adalah ada? Hanya karena aku selalu ada, tapi tetap saja kalah dengan yang berada. Mungkin terlalu pahit seperti ampas kopi yang aku telan kemudian aku muntahkan. Aku termentahkan, Kamu sudah tak menggunakan logika. Tenang, aku sudah menenang. Kau hanya pantas dikenang.

Traksin setrum

Patah dan lagi-lagi dipatahkan. Tersenyum meilhat penderitaan. Menertawakan hidup kini yang aku lakukan. Menyiasakan rindu yang tabah. Mengganti luka menjadi tawa. Mengganti benci menjadi suci. Untuk menemukanmu saja aku perlu mematahkan hati berkali-kali, Lalu kamu memilih meninggalkan? Aku hanya diam. Memendam benci dalam-dalam.Memikul rindu kuat-kuat. Kamu memilih meninggalkan? Aku siap ditinggalkan. Hidup kadang sebodoh itu. Jalan menuju kemana saja. Karna aku percaya cinta akan membawa pada tujuan. Menuju terang benerang. Meninggalkan yang gelap. Terlelap kemudian menggelap. aku paham bahwa cinta adalah terang. Berjalan dan berjalan diantara lampu taman. menyisakan isak isak tangis. karna kau sudah mulai gelisah. Atas semua rindu yang tersisa. dan semua putus asa yang terasa. Meninggalkan adalah cara terbaik katamu. Kamu memilih melupakan? Aku siap dilupakan. Menyempatkan rasa gelisah, untuk singgah. Menunggu semua kabar, menunggu rindu terbalas. Sampai kapan

Algeligra Distilasi

Langit hampir pukul tiga, dengan rindu yang masih terjaga. Dengan kenangan kita yang masihku simpan didalam lemari tua nan usang. Dengan semua senyum-mu yang masih dapat ku lihat disecangkir teh hangat senja ini. Masihkah kita akan selalu menjaga? Seperti burung itu menjaga anaknya hingga dapat terbang menembus awan. Dan masihkah kita akan selalu bersama? Walaupun salah satu konsekuensinya adalah patah hati. Apakah kamu mampu mempertahankan? Apakah kamu siap dipertahankan? Mengumpat dengan rasa khawatir, atas semua kabarmu yang tak lagi mampir. Semua rindu yang menggunung didalam dada, karena kau sudah tak ada. Mencari-cari rindu yang menyempil atas semua perpisahan dan keputus asaan. Mencari-cari hati yang tergelincir karna kau memilih untuk hilang. Aku menulis ini saat petang, dan selalu berdoa agar kau tak kembali datang. Titik dua bintang sudah hilang dalam ketikanmu sayang, lalu dengan siapa lagi ia akan ditujukan? Setelah aku si daun gemilang. Setelah kau pergi, ta