Posts

Showing posts from March, 2018

Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Image
Source of Google Images Dalam melakukan transaksi, ataupun jual beli lainnya. Tentunya akan sangat merasa gundah jika kita mengetahui bahwa orang tersebut telah membohongi kita sebagai pembeli. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengubah pandangan orang banyak mengenai hal tersebut. dan bagaimana cara menanggulanginya. Menurut saya sendiri, syariah itu memiliki banyak makna. di Indonesia sendiri Perkembangan Ekonomi Syariah hanya 5 % dilaksanakan,  95% lainnya perlu di kembangkan. dari situ menandakan bahwa indonesia memiliki keterlambatan dan hal ekonomi syariah. Tetapi tidak hanya di indonesia saja yang memiliki keterlambatan itu, ternyata di Timur Tengah juga. Sebagaimana kita menjadi bagian dari bangsa Indonesia, ada baiknya kita ikut serta memajukan Perkembangan Ekonomi di Indonesia.  Apa yang di maksud Ekonomi Syariah? Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan ca

Aku adalah Tuhan

Image
"Tuhan adalah Kejahatan, membiarkanmu menderita tak karuan. Menelantarkan-mu tak bisa makan, menghilang saat kamu kesusahan. Menjadikan-mu pemurung, melenyapkan wajah riangmu. Apa kau percaya Tuhan ada?." "Tak usah bertanya kepadaku, apa kau bisa merasakan rasa dingin?" "Pertanyaan bodoh macam apa itu hey, aku bisa merasakan dingin." "Menurut fisika, dingin itu tidak ada. Yang ada adalah ketiadaan rasa hangat. Lalu apakah kau tahu gelap? Apakah gelap itu ada?." "Kau selalu menanyakan hal yang bodoh, yang jelas gelap itu ada." "Kau salah, gelap itu tidak ada. Gelap terjadi ketika ketiadaan cahaya. Tuhan tidak pernah menciptakan kejahatan, kejahatan terjadi karena hasil seseorang yang tidak memiliki rasa cinta terhadap Tuhan" (Albert Einstein 1879 - 1955)

Lelaki kesepian

Image
"Pagi ini juga aku akan mati" "Mengapa demikian?" "Hidupku kosong, begitu juga kau. Tak usah ikut aku, biar aku pergi sendiri" Lelaki itu bersikeras menjadikan egonya sebagai Tuhan, bahwa hidup tiada yang kekal. Mati pun sama, ditanah. Apa ada yang mati lalu menguburkan dirinya sendiri di aliran sungai deras yang membawamu menuju muara tak adil. Tidak ada yang tidak berguna, tidak ada yang terendah dan tertinggi. Bahwa manusia dilahirkan sama. Makan nasi, minum air. Tak usah pikir mati. Tak usah pikir hidup sampai kapan. Pun; Tuhan punya caranya sendiri untuk mematikan. Tak usah merasa sendirian, menjadikan kesunyian teman bicara, menjadikan dinding hampa tempat berlindung. Hidup hanya sementara, Lantas untuk apa mendambakan kesenangan yang hanya semata? Pernah tidak berfikir manusia akan hidup selamanya? Lelaki itu berfikir demikian, apa yang harus dilakukan untuk hidup seribu tahun lamanya? Menebar kebaikan? atau menghardik kebencian? Loginy

Lelaki Pudar

Image
"Tak usah pikirkan aku, aku bisa menjaga diriku." Lelaki itu diam sedikit lama, matanya berkaca-kaca. Memelas ditinggalkan sepasang mata yang selama ini ia selami. Matanya membinarkan cahaya-cahaya jingga yang menenggelamkan segala cemas. Lalu berlari menghentak-kan kedua kaki beriringan. Lantas, harus bercerita kepada siapa? Nestapa menghampar tampak di depannya. Sepasang lengan yang selama ini menjaga malamnya. Menjelma menjadi bidadari tak bersayap itu sudah memiliki sayap baru. Ia terbang kesana kemari, dan jatuh tak tepat kepada lelaki itu. Punggung yang selama itu mampu menerjemahkan isyarat kepergian, menjadikannya alas dari rebah yang tak selesai. "Aku akan pergi dengannya, carilah rumahmu yang lain." Sepuluh detik menuju dua puluh detik ke belakang, ucapanmu itu terlontar deras menghantam dinding hati. Menjadikan telinga bergema begitu keras, hingga otak terhenti sejenak. Lelaki itu tak berkemas, hatinya tertinggal di dirinya. Peluknya menjelma men

Lelaki Jingga

Image
Lelaki itu hilang ditelan langit merah di ujung pemberhentian. Sayap hitamnya terbakar amarah yang berapi-api. Ia menampikan wajah kecemasan, Layu tanpa harapan. Di campakkan beberapa pengasingan, di asingkan kehidupan. Sendiri tanpa sayap-sayapnya. Mati semati-matinya. Lelaki itu terus berjalanan menuju terowongan biru lebam, mencari sesosok teman di sela sedu sedan itu. Menangis sekeras-kerasnya, semua menutup telinga. Tak ada yang ingin mendengar. Bak anjing yatim; kakinya berdarah, patah tak bertuan. Namun, kehidupan seolah enggan peduli. Dibiarkan merah darah, tanpa perban dan obat merah. Terseok seorang diri. Terus mengais tanpa sedikit memberanikan membuka diri. Mata sayunya menjadi kelu, rautnya tampak lesu dan tak bergairah. Gusar terhadap Tuhan. Ingin bertemu dengannya sekadar berjabat tangan dan menjadikannya sandaran. Dan Tuhan tak selalu menepati janji. Malam dan siang pun lambat laun tak berjalan, waktu mendadak diberhentikan. Tuhan menunjukan kekuasaannya. Lelaki it

Kita pernah merasa gagal, bukan?

Image
Pernahkah kau merasa hidupmu berjalan begitu teratur? Hingga kau merasa aman tanpa hingar bingar? Menangis tanpa tahu apa yang ditangisi, merengek tanpa tahu karena apa. Memohon, mengais cerca harapan yang tertanam. Meracau sendirian tanpa henti. Menafikan setiap hembus napas yang terengah. Menuliskan tiap bait puisi dengan sayap-sayapnya. Tuhan sedang tidur? Tidak, ia begadang. Mendengar doa-doa yang kau panjat. Aku menggusar, maafkan hamba. Aku menderu, jangan dengar aku. Aku sedang menatap mataku sendiri. Menerkam, mengerling, memburu dadaku sendiri. Aku tak tahu apa maksudnya, aku hanya maha salah. Tetap seperti itu, aku tak akan lelah. Duniaku lebam, tanpa warna-warni dinding itu. Tanpa bintang dan tanpa tapi. Bulan yang dulu ku agungkan perlahan menjauh. Meninggalkan hampa yang tak terlihat dengan mata terbuka. Menjauhkan-ku dari sang maha. Kerlap-kerlip lampu temaram, mengajak-ku berlari menuju haluan. Membiarkan-ku gelap tanpa teman. Aku sedikit memejam, memimpikan keberada

Perjalanan Menuju Yang Benar

Image
Kala itu, entah umur yang keberapa. Yang jelas masih kecil. Sekecil semut mungkin. Atau sekecil undur-undur? saya tidak ingat. Jangan paksa saya untuk mengingat. saya mohon. Belum sekolah, dan belum tahu apa-apa. Saya merindukan ini, Menjadi anak kecil. Yang kalau jatuh hanya luka dan menangis. bukan jatuh cinta. Aduh saya nangis nih lama-lama. Nangis keluar semut. Dari dulu emang terlihat seperti model sepatu NB sih, rambut juga pake pomade gatsby yang sachet-an. Beli di warung depan sekolahan. Gimana ganteng ga? Pastinya ganteng kan. saya aja sampai suka sama diri saya sendiri. Dulu mah saya mainnya benteng tujuh, bukan Mobile legend. Mainnya galaxin, bukan instagram. Apalagi apalagi komen dong. Jajannya juga 2rb juga seneng parah sih, bisa beli mi gelas disekolah, sama tempelan klub bola, kalau full dapet hadiah, Gokil sih kangen parah. Anak jaman sekarang mah mainnya gadget, gapapa sih perkembangan jaman. Ganteng parah ga sih? Oiya nih, seinget saya ini abis makan indomi