Lelaki Jingga


Lelaki itu hilang ditelan langit merah di ujung pemberhentian. Sayap hitamnya terbakar amarah yang berapi-api. Ia menampikan wajah kecemasan, Layu tanpa harapan. Di campakkan beberapa pengasingan, di asingkan kehidupan. Sendiri tanpa sayap-sayapnya. Mati semati-matinya. Lelaki itu terus berjalanan menuju terowongan biru lebam, mencari sesosok teman di sela sedu sedan itu. Menangis sekeras-kerasnya, semua menutup telinga. Tak ada yang ingin mendengar. Bak anjing yatim; kakinya berdarah, patah tak bertuan. Namun, kehidupan seolah enggan peduli. Dibiarkan merah darah, tanpa perban dan obat merah. Terseok seorang diri.

Terus mengais tanpa sedikit memberanikan membuka diri. Mata sayunya menjadi kelu, rautnya tampak lesu dan tak bergairah. Gusar terhadap Tuhan. Ingin bertemu dengannya sekadar berjabat tangan dan menjadikannya sandaran. Dan Tuhan tak selalu menepati janji. Malam dan siang pun lambat laun tak berjalan, waktu mendadak diberhentikan. Tuhan menunjukan kekuasaannya. Lelaki itu pun diam. Lantas menjadikan poros semestanya. Jika aku mati pun, puan tak perlu takut. Aku sudah membawa bekal untuk sarapan di surga kian.

Aku gusar terhadapmu
Puan yang mengaku ngaku -- Tuhan
Langit dan bumi milikmu
Jendela dan rumahnya milikmu
Bulan dan bintang milikmu
Mati dan hidup milikmu
Lantas untuk apa menghidupkan-ku?

Untuk mematikan-ku juga?
Aku gusar kepadanya
Semesta yang pilih kasih
Membuangku di danau hitam pekat
Menjadikannya poros yang terlihat

Aku gusar untuknya,
Kehidupan yang fana tanpa suara
Pelacur juga kenikmatan
nafsu dibawah otak ketiadaan
Menjadikannya hewan tanpa paksaan

Aku gusar olehnya,
Lelaki jingga sore hari
menikmati senja tanpa lupa diri
belalang, kupu-kupu menghindari
Waktu mengangkat --- membawa jiwaku pergi

Hidupkan aku lagi,
aku belum mau mati
hidupku belum membahagiakan
biarkan binar itu melahapku habis
hingga jiwaku menari-nari --- tanpa henti

Biarkan pendar mataku memutih
dan menutup ---- dengan sendirinya 

Lelaki itu meniada, tersesat di labirin yang kejam memejam. di ribuan cahaya yang membuatnya hilang. di belantara mobil, dan gedung tua. Aku benci menjadi lelaki itu.

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)