Posts

Showing posts from June, 2018

Untuknya Setengahku

Image
Aku pernah meninggalkan sebagian diriku untukmu, menjalankan keyakinan yang aku tuju untukmu. Sedikit meresahkan, tetapi sebuah perjalanan akan lebih menyenangkan jika tanpamu. Tanpa memikirkan untuk apa aku disini, dan mengapa aku pergi. Memandangi sekelilingku yang meyakinkanku untuk kembali, pada suatu titik dimana aku akan benar-benar pergi. Meninggalkan semua suka, menafikan semua duka. Aku pernah hampir hancur saat itu, saat aku memilih untuk mengikutimu. Menyenangkan maumu, menyusahkan jiwaku. Pernah aku berfikir untuk berjalan sendirian. Tanpa perasaan, tanpa apa yang mau di senangkan. Maksudku bukan meninggalkan, maksudku bukan menanggalkan. Aku harap kau mengerti, ada yang pantas aku harapkan. dan itu bukan harapanmu. Bukan mengejar yang kau harapkan. Bukan menuju yang kau pikirkan. Pernahkah kau tersadar hari itu aku akan hilang, saat kau bersikeras menyuruhku untuk segera pulang dan kembali pada point pertama. Aku tak bisa membangkang. Aku hanya bisa diam. Menurutimu m

Tidak Sekali Pun

Image
Aku tumbuh dari matanya yang kerlip, di tengah kabut cakrawala. Merona yang tak pernah padam menanggalkan sisa aksara di sudut jingganya. Memutar balikan langkah yang terhenti di sela nestapa. Aku tidak suka tanpanya, fana yang memabuk-kan ku. Anggur yang menidurkanku, sampai pagi menjemputku untuk segera pergi. Meninggalkan kecupan semalam, di tengah pipimu yang dingin. Sunyi datang membawa suara yang paling kerling. Membuat udara segar hilang diterpanya. Tanpa sebab, memaksaku untuk berpulang tanpa uluran tangan. Sesak kini bukan lagi khayalan, aku merasakannya sendiri. Menghabiskan-ku, menuntaskan-ku. Sampai aku hilang, ditelan malam. Aku pernah merasakan itu, menengguk habis diriku sendiri. Membuang ludah, kemudian menelannya kembali. Jemari yang merenggang menolak untuk tersadarkan. Melambai tepat dihadapan, berada pada garis terdepan. Memandangmu dengan tanpa sebagian mata. Sebab, mataku tak biasa memandang binar yang memantulkan frasa dan rasa.  Liar membara bergeliat, ber

Mentari turut bangga

Image
Aku tersenyum, matanya mengerling. Seolah tidak menyukai sesuatu. Sinar membentang dari ufuk barat, menunjukan bahwa waktu sudah berjalan searah. Ayam berkokok, isyarat ada yang perlu dikejar tanpa perlu berlari. Mataku terkantuk-kantuk, ada yang belum ditidurkan sedari malam. Langkah kaki perlu berjalan kemana pun tanpa tahu tujuan. Embun pun ikut jatuh menetes ke sela-sela renggangnya waktu. Keadaan memaksa-ku berlari kencang, sekencang cakrawala yang melintasi jendela kamar. Lampu taman aku matikan, hari mulai terang. Jiwaku seolah tersamarkan. Oleh manisnya mentari. Anggun, sulit dipadamkan. Gemerlap, tidak gelap. Cerah, memerah, merekah. Aku mencintai-nya satu persatu. Perlukah adanya perayaan untuk menyertakannya? Ku rasa tidak, mentari pun enggan bertemu padanya yang tidak menyapanya. di tinggikan, di agungkan, lalu dihempaskan. Kemudian, kita saling mengingkari sesuatu yang sudah kita yakini akan berwarna dikemudian hari. Terlaksana dan tetap terjaga. Aku diberadakan dit