Mentari turut bangga


Aku tersenyum, matanya mengerling. Seolah tidak menyukai sesuatu. Sinar membentang dari ufuk barat, menunjukan bahwa waktu sudah berjalan searah. Ayam berkokok, isyarat ada yang perlu dikejar tanpa perlu berlari. Mataku terkantuk-kantuk, ada yang belum ditidurkan sedari malam. Langkah kaki perlu berjalan kemana pun tanpa tahu tujuan. Embun pun ikut jatuh menetes ke sela-sela renggangnya waktu. Keadaan memaksa-ku berlari kencang, sekencang cakrawala yang melintasi jendela kamar. Lampu taman aku matikan, hari mulai terang. Jiwaku seolah tersamarkan. Oleh manisnya mentari. Anggun, sulit dipadamkan. Gemerlap, tidak gelap. Cerah, memerah, merekah. Aku mencintai-nya satu persatu.

Perlukah adanya perayaan untuk menyertakannya?

Ku rasa tidak, mentari pun enggan bertemu padanya yang tidak menyapanya. di tinggikan, di agungkan, lalu dihempaskan. Kemudian, kita saling mengingkari sesuatu yang sudah kita yakini akan berwarna dikemudian hari. Terlaksana dan tetap terjaga. Aku diberadakan ditempat paling palung. Di dasar semesta, tak terlihat dan tidak sama sekali teratas. Kau mempertanyakan soal keberadaan, aku tidak memilikinya. Aku berusaha mendapatkannya, tanpa terlihat. Sampai aku terlihat dengan sendirinya. dan kau tersenyum. Menatapku tanpa ragu dan haru. Selamat padamu yang hilang prinsip.

Lalu, pada akhirnya. aku tidak apa ditinggalkan. aku yang ditemani setengah dari diriku yang membawaku terus menuju sesuatu yang tak pasti. Menanti jawaban yang bergantung dikepala pada esok hari. Menghampiri jiwaku yang sesungguhnya, bersalaman. berkenalan, saling mengirim doa. bertukar isi kepala. Bertukar cerita, memberikan cerita sedih yang pernah ku alami. Mendengar ceritamu yang senang dan menang. Suatu saat, saat mentari tak dapat kembali bersinar. dan malam tidak ada. Aku akan merayakan dengan turut bangga. beralih ke dunia selanjutnya, memulai lagi dari awal. mendaur ulang kebahagiaan. Merancang kepastian. mendoakannya agar tetap tenang, memilih untuk selalu bahagia tanpa rasa sakit. tidak, itu hanya khayalan.

Suatu hari ---  saat waktu berjalan tak pasti
mentari terbit dari barat
04:48

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)