Suatu Malam Kelam


Malam itu aku terpaku pada sebagian hamparan yang ku rasa tak bisa digambarkan, angin melantunkan desirnya yang menusuk ke dalam tebal jaket yang lupa ku rapatkan. Sedih menyala-nyala, apa yang menurutku membahagiakan seketika itu juga hilang. Di telan dinginnya. aku masih saja menatapnya, matanya binar. Kemudian kembali gelap, aku hilang arah. Mengikuti kata hati, menjalankan isyarat bumi. ia memilih pergi, ke tempat yang menurutnya lebih baik. Aku lupa meminta dengan paksa hatiku yang tertinggal.

Untuk menjadi baik, melupakan segala buruk. Aku tak sepantas itu, hati tidak bisa direparasi, Enyahkan aku ke dasar jiwamu, segera. Sebelum aku menghilangkan diriku. Ke jurang paling dalam dan mati. Aku membakar api, tinggalkan aku. Biar aku terbakar sendiri. Sudikah kau melupakan segala kenang yang kita cipatakan bersama? Sudikah kau membiarkanku pergi tanpa permisi? Sudikah kau menjadi dirimu sendiri dan menutup akhir cerita dengan sedikit hiperbola? Biarkan aku mendaur ulang rindu sendiri, menahan nyeri sendiri.

Pada hari ini,
Aku bukanlah aku, yang kau mau
Aku baru menyadari sedari dulu
Aku tak sepantas itu, berada tepat di sebelahmu
Menghadap tepat didepan matamu

Matikan segera lampu tidurmu
Agar aku dapat tertidur pulas dengan mimpir buruk
Kenanglah aku sebagai yang hilang
dan tak akan kembali pulang

Hiraukan aku, Abaikan aku
daun gugur tepat jatuh di atas kepalaku
menanti daun-daun selanjutnya

Tepat hari ini, malam ini
Lilin sudah ku nyalakan
Hidup sudah ku padamkan
Tinggalkan aku. Sekarang.

Bks-01:42

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)