Semoga kau selalu baik

 

Kandas, Gugur, diterpa angin

Kita berawal dari sebuah ketidaktahuan, tumbuh dengan cara yang berbeda. Menunggangi sepi, mengoyak mimpi. Sebenarnya, kita tak memilih untuk dilahirkan dan tumbuh untuk jatuh. Berawal dari situ, kita memilih untuk saling tumbuh bersama. Berbagi atas rasa sakit dan kecewa. Namun, kau lebih dulu besar. Tumbuh atas dasar kebermanfaatan milik bersama. Aku turut senang, kau tumbuh begitu cepat. Kau melaju secepat peluh, aku turut bahagia. Pesanku; tetap tumbuh dan menyemangati sekelilingmu. Alangkah lebih baik tumbuh bersama, kan?

Seringkali kau mengabaikan orang yang mempedulikanmu. Itu bukan hak ku. Kau berhak menentukan tentang apa yang kau lakukan, bertanggung jawab penuh atas semua pilihan. Aku hanya mengingatkan. Berhasil atau tidaknya bukan ditentukan oleh manusia. Semua tertulis oleh peraturan nasib kehendak Tuhan. Apa yang dikehendaki akan terjadi, dan yang tidak dikehendaki akan berakhir. 

Seperti kita, kita kehilangan rasa dari sebuah perjalanan. Tahap empat menyesakkan. Mungkin sudah ada pada garis takdir. Bahwa kebersamaan kita hanyalah proses dari akhir. Kau menentukan kehendak hatimu, memutuskan untuk terus tidak menatapku. Tidak apa, tidak apa. Aku akan tumbuh dengan sendirinya, entah karena hujan. Entah karena diterpa angin begitu keras, lalu kembali tumbuh dari awal. Seru ya proses menemukan

Semua terasa begitu cepat, hari-hari proses tumbuh ,penuh dengan ancaman. Gugur, diterpa angin, badai, hujan, panas, kering, basah semua berlalu secepat itu. Kita mampu melewati itu, kita hanya kalah pada diri kita sendiri. Berpikir menguras kepala, tidak usah terlalu banyak memikirkan hal yang tidak penting. Kau hanya terus ke depan. Biarkan segala rencana kita mati ku kubur dalam-dalam. Hingga muncul sosok baru tuk saling menyembuhkan. Aku hanya perlu merayakan kehilangan.

Sampai jumpa pada sosok baru yang tak kau kenal