Ku kira kau akan pulang.

 


Ajari aku, untuk menerka setiap luka. Betapa sibuknya aku mencari keberadaanmu. Di setiap sudut kepala, di tiap sudut peristiwa. Aku kehilangan segala, adakah yang lebih menyakitkan dari bangun pagi yang tanpa kamu? 

Setelah kehilangan tempat bercerita kesatu, aku kehilangan kamu. Tempat bercerita nomor dua. Tidak, tidak pernah berpikir kau akan pergi. Kebahagiaanku sudah ku letakkan diatas bahagia mu. Atas segala yang pernah terjadi dan berlalu. Aku kira kau akan pulang. Sebagai senyum yang selalu menghangatkan. Sebagai rumah penuh peluk, sebagai cinta yang meyakini

Kau tau betapa hancurnya aku? Kurasa kau tidak perlu tahu, Aku sendirian meratapi segala pergi yang tak ramah, menyudutkan ku. Menertawaiku dari jauh, berbicara tentang bagaimana aku akan tumbuh pada diri sendiri. Oh, kurasa kau benar. Aku yang salah

Kau ingat aku pernah bercerita bahwa betapa beratnya pundak ini menopang beberapa pundak lainnya? Kau ingat bahwa seluruh tuntutan atas segala usaha yang aku lakukan ialah untuk rumah dan orang yang aku sayang? Kau menyadari itu, kau sadar. Apakah kau juga mengerti bahwa keberadaanmu ialah yang menguatkanku? Sekarang, aku selesai

Hariku menghitam, waktu terasa begitu lama. Seringkali bertanya pada Tuhan. Apakah ini benar? Ya, menyakitkan. Segala usaha yang payah, segala lelah yang percuma, segala tabah yang menyesakkan. Hatiku lelah, bolehkah aku kembali padamu saat ini saja, Tuhan. Lalu membuat ceritaku sendiri yang tidak pernah sama sekali bertemu denganmu. Aku kalah

Rinduku utuh, lekas jatuh pada peluk yang penuh. Tenangkan hati, aku berserah. Aku kembalikan semua jalan cerita pada sang sutradara takdir. Ya kau memaksaku untuk berjuang. Kau pun yang memaksaku untuk berhenti. Aku mungkin belum siap kehilangan yang kedua. Ketiga dan beberapa kehilangan selanjutnya. 

Malam ini, malam yang sepi. Atas hari hari sebelum ini yang penuh tegang dan masalah. Aku bisa berkata ini bukan hari berat. Ada yang lebih berat dari beranjak pergi, tapi terus bertahan meski situasi menuntut kita untuk tinggal. Ya, aku kehilangan. Aku bisa menjadi baik-baik saja dihadapkan banyak orang, lalu menjadi aku yang sesungguhnya di kegelapan. Percayalah, aku benci hari hari yang tanpa kamu 


Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)