Satu dan lain hal


 Atas satu dan lain hal kita memutuskan untuk saling membelakangi. Aku tetap pada titik dimana aku dari awal berada. Segala cemas dan ketakutan ini benar terjadi. Aku rasa ini perlu diterima. Karena aku sadar, aku kurang dari segalanya. Bukankah ini lebih baik? Aku tak lagi membebani segala pikirmu itu. Jika keberadaan ku membuatmu susah tumbuh. Aku pikir aku pantas jika tak berada disebelahmu. 


Lihatlah langit itu, aku selalu menitip rinduku disana. Mengangkat tangan menengadah, berharap suatu hari nanti aku mampu menjadi segala inginmu. Walaupun aku bukan untukmu, aku percaya dan yakin aku mampu. Aku sedikit tenang, karena semua isi kepalaku yang penuh bisa ku tuangkan disini satu persatu. Tak berharap ada yang membaca. Setidaknya menenangkan. Aku berharap pada alam semesta ini untuk tetap menjagamu. 


Tidak seperti biasanya, aku mampu melupakan ini dalam hitungan hari. Entah karena terlalu dalam, entah karena terlalu lama. Semua berlalu begitu saja, entahlah doa ini selalu terpanjat untuk segala bahagiamu. Bahagia selalu, sehat selalu. 


Mungkin kamu benar, telah melepas aku yang payah ini. Mungkin kamu benar, kamu berjuang sendirian. Mungkin kamu benar, kita punya perbedaan pikiran. Mungkin kamu benar, tak ada lagi yang bisa diperjuangkan. Tapi mungkin kamu salah, kalau aku benar pergi. Aku tetap disini, menerima mu dengan sejuta peluk. 


Terimakasih pernah hadir mewarnai, aku tak tahu kemana lagi harus bercerita. Ya, aku mulai cerita ku kembali disini. 






Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)