Rasanya Pilu

 


Tak ada yang seindah matamu, hanya rembulan

Tak ada yang selembut sikapmu, hanya lautan. - Kunto Aji


Kita tak lagi saling menyapa, Tak tergantikan. Sejauh apapun lengan melepas, sedekat itu pula aku tetap dekat. Aku memandang hujan, bergemuruh. Mengiringi langkah pergi seseorang. Aku yang begitu fasih memikul rasa sedih dan kecewa. 


Aku menyusuri Jakarta sendirian. Berusaha melupakan Jakarta. Mengingat beberapa kejadian demi kejadian yang terjadi di Jakarta. Begitu pandai dalam mengingat. Begitu manis kala itu, tak habis habisnya aku bersyukur telah memiliki mu sebelum nya. Menunggu dan menunggu benarkah ini sungguh. Aku hilang arah. Seperti arloji yang diterpa hujan. Lupa akan jalan pulang. Aku rasa aku pandai menyembunyikan luka. Tertawa dihadapan semua, merasa sepi ketika semua hilang


Sebuah lagu menemani sepanjang jalan, tanpa ada siapapun disamping. Tak bersua, diam selamanya. Kesunyian yang bising. Kepalaku penuh dengan semesta. Perpisahan yang kurasa tak cukup baik. Kau pergi tanpa bicara dan menatap. Aku diam sejenak, berpikir benarkah ini dirimu sesungguhnya? Bukan, bukan soal permasalahan nya. Ku rasa kau sudah cukup lelah menahan itu dan mempersiapkan yang akan terjadi tentang bagaimana cara melepasku. Jangan paksa aku pergi, sampai pada waktu yang ditentukan. Saat kau menoleh ke belakang, aku sudah tak ada


Aku hanya perlu terbiasa, Tanpamu


Masihkah aku merekah? Masih aku bertahta megah? Saat kebersamaan hanya bersimpul gundah. 





Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)