selesai sudah.


mungkin malam ini yang terakhir, berhenti meminta ruang. berat aku melepas, bagaimana langkah terbaik melanjutkan. aku memang tercipta untuk berantakan. tiap sentuh sederhana yang tak pernah gagal menyembuhkan. kenyataan ini menakutkan. berbahagialah kamu, betapa aku senang melihatmu sebahagia itu. betapa bahagia nya aku saat melihatmu sudah tak lagi denganku. betapa gagalnya aku untuk bisa memberikan senang disetiap waktu. betapa gagalnya aku, menyusun langkah-langkah kecil menapaki kehidupan. semoga bahagiamu tak sekadar itu, tersenyumlah selamanya dan setangguh itu.

biarlah lepas emas dari genggaman, asal tidak kau yang hilang dari hati ini. dahulu, pelukmu itu menguatkan. maka demi pelukmu itulah aku berjuang. sekarang dan selamanya, akulah lelaki penuh payah. yang tak sempat membahagiakanmu sampai ku peras peluh, sampai ku dayung kayuh. sampai kaki meronta tak karuan. caramu meninggalkan, sama dengan caranya ibu burung yang meninggalkan sangkar. kehilanganmu adalah doa yang tidak pernah ku kirim ke Tuhan

suatu hari disebuah taman luas penuh harapan, aku harap aku bisa melihatmu dari kejauhan. meski sudah tak lagi saling menggenggam. begitu bahagianya melihat seseorang yang mampu menjagamu utuh, memenuhi segala ingin yang dahulu tak pernah bisa ku buat penuh. bahagiamu menyeluruh. kau tampak mencapai titik tertinggi bahagia. runtuh, luruh. sedihku bercampur senang. aku berjanji pada diri untuk selalu baik-baik saja, aku terpaku pada tempat yang sama, beberapa tahun ke depan, aku selalu mengingatmu sebagai pemberi kekuatan untukku terus berjalan

mencintaimu adalah soal kerelaan, bertaruh pada pemilih takdir bahwa kau akan mampir atau bertahan pada situasi apapun. hal bodoh yang menjadi pilihanku adalah mencintaimu penuh. kau mampu membuatku selalu jujur dalam hal apapun. kecuali satu, soal perasaan. candu yang tak lagi merdu, berhenti menjadi pengisi lirik dalam lagumu. hujan untuk tumbuhmu, pelindung saat laramu. aku harap kau tetap bahagia, jangan khawatir terhadapku. untukku yang biasa menjadi badut dalam setiap pertemuan, cukup mudah bagiku untuk selalu tersenyum palsu. 

meski hanya sejenak sebelum akhirnya kau pergi dengan sesosok sempurna dengan kuda putihnya yang selalu membawamu pergi lagi dan lagi. ah sial! beruntungnya ia yang bisa selalu menatap matamu yang menyala seolah tercipta untuknya. aku akan terus bertugas, menghibur dihadapan. membuat siapapun tidak merasa sedikit kesakitan. jujur, aku hanya sedikit kecewa, kau tidak mampu menjadi seseorang. yang mampu membuat badut sepertiku senyum sungguhan.



Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)