Lelah
Terimakasih ya Tuhan, sudah memberikan sakit. Aku bisa istirahat. Beberapa waktu, untuk kembali lagi pada aku yang lebih kuat. Matahari tenggelam, tak kala aku terbaring menatapinya. Langit sore yang indah, merengkuh malam. Pesona gemerlap bintang menghiasinya dan tersenyum. Aku lupa, aku menitip rinduku pada langit. Semoga lekas sampai, padamu. rinduku baju rombeng, yang pengemis kenakan, lusuh, tanpa arah. Layu, tanpa rengkuh. Tak berwarna. Kelam, seperti nasib pengemis ditengah malam. di ujung langit sangat merah. ia tidak sedang marah, ia hanya menampakkan sisi lainnya. Aku lupa bahagia
Aku sadar, bahwa yang bisa menenangkan ya diri sendiri. Yang bisa menyembuhkan pun sama, tak ada. Tak ada, sekalipun seseorang lain menjemputku untuk menggenggam saling membasuh luka. Karena aku sudah sangat payah. Ada sosokku yang hilang, pada semesta yang ku ciptakan. dia kehilangan dan tak tau arah pulang. Mungkin tak akan kembali.
Sakit dan lelah ini yang diciptakan Tuhan, adalah cara lain untuk tenang. mengevaluasi diri terus menerus. tentang hari depan yang enggan ku temukan. pada semesta, aku bersumpah dan berjanji untuk tidak akan melukai siapapun. memberi kebahagiaan pada yang ingin dan mampu menerima. Aku yang penuh kurang, tak apa kau lukai berkali-kali. Sabar dan tabah ini terlalu kerdil untuk kau taklukan.
Akulah lelaki,
tanpa tujuan, tanpa harapan
terseok pada gerbong kereta malam
berjalan dengan arah yang buram
kelelahan tanpa sandaran
Akulah lelaki,
sakit dan sakit
terlukai begitu dalam
tak ingin ketahuan
sendirian adalah makanan
Betapa orang lain tak pernah tau, berapa laut yang sudah di arungi
Betapa orang lain tak pernah tau, pedih pahit pilu nasib seorang peraih
Aku lelaki,
yang diciptakan badai
yang tak pernah berlalu
aku bukan lelaki itu
Comments
Post a Comment