Mampus kau dikoyak-koyak sepi

 


rindu dengan segala jenis bunyinya. kalut dengan segala jenis bahagianya, yang aku bingungkan sampai sekarang. betapa hati terjaga sebegitunya, mampu kau patahkan sebegininya. sepi yang semakin mengkerdil dalam kepala. sepi yang diciptakan olehku. dalam kelam dan selimut yang ku sebut itu malam. sepi semakin mengoyak-oyak pikiran. semakin dalam, semakin membuatku tersadar bahwa kehilangan baru saja terjadi. ini kehilangan dari beberapa kehilangan sebelumnya. akan segera terlewatkan kehilangan-kehilangan berikutnya, aku yang terbentuk dari barat malam yang menghitam, yang selanjutnya akan tenggelam

merangkul asa pada titik-titik bahagia, cipta yang ku rasa percuma. tentang kekuatan yang semakin getir dan membiru. kekuatan dan ketakutan menjadi saru, saat pagi kembali mengetuk kedua mata yang sengaja terpejam. pada ketidakadaan semangat dan penghargaan, tentang hari sebelum itu yang mempertontonkan kekuatan. atas punggung-punggung yang menumpang pada punggung sekecil ini. menunjukkan senyum dan senang yang memelas, atas kesedihan yang mampu tidak ku pertontonkan. tak perlu kau balas, aku hanya kata yang akan usang pada sebuah kertas buram

matilah kau di rundung sepi, semua cerita yang ku tuliskan pada bait-bait yang patah. merindukan seseorang yang sudah dipanggil Tuhan untuk kembali adalah doa yang paling panjang. semua cerita-cerita dengan gundah yang payah ku simpan begitu di kepala, ku letakkan sebaik-baiknya. adakah pendengar yang hanya mampu menyemangati tentang rentang tangan ibu dan ayah yang semakin jauh pada rentangku. aku rasa aku mampu hadapi sendiri, tidak akan ada yang mengerti selain diri sendiri. betapa kalah yang pantang tuk sebuah kisah kepahitan yang akan ku telan sendiri

pada sebuah masa yang aku sebut itu adalah ujung cerita, tentang ksatria yang lahir dari sepasang relung rembulan yang ada dibawah kini kembali bersinar. tentang terbentur kemudian terbentuk menjadi ksatria yang mampu bijaksana dengan segala isi dunia. ah sudahlah, ini semua tentang kerelaan dan kata tabah yang tidak pernah henti-hentinya di utarakan pada selatan kota. tentang langkah kepergian dan seluruh sabar atas hal-hal yang menyakitkan. Tak akan ada penerimaan selepas kepergian, bahagialah dengan segala pilihan. Untukmu, seseorang yang pergi tanpa berpamitan. tak ada kata selesai, tak ada kata sudah. kini, dan seterusnya akan ku permudah langkahmu tuk pergi yang sangat jauh tanpa perlu pulang. Aku adalah pemilik rumah, kau adalah tamu pada rumahku yang sepi. sejatinya tamu tak baik jika dipaksa tuk tetap tinggal

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)