Lembayung
Langit mulai memudarkan warnanya, menjadi merah jingga. Kata-kata perpisahan dari matahari kepada langit segera dihempas. Langit selalu menerima perpisahan itu. Entah karna langit suka, atau takut matahari murka. Matahari merah lebam, terlalu sering menahan godam. Langit biru terang, sepertinya sebentar lagi hilang. Aku beda dengan langit. Aku lebih sering menunda perpisahan, karena aku tak suka kepergian. Aku takut kehilangan, jangan pergi dan tenggelam. Rinduku belum kau balas dengan pelukan. Karena untuk-ku perindu yang handal, pelukan adalah tuhan.
Aku kadang berfikir. aku ini bukan siapa-siapa, lalu untuk apa meninggikan ego dan kesombongan?
apakah nantinya Tuhan akan marah? ataukah Tuhan salah mencipta? kadang aku berguna, kadang sebaliknya. Aku bertanya kepada siapa? hatiku punya beribu pertanyaan, yang mungkin butuh segera perayaan. Aku sering menuliskanmu dalam larik kertas, menanyakan perihal masa depanku, perihal apapun yang aku suka. Namun belum juga kau balas. Atau mungkin belum kau baca. Sedikit nyeri ku mendengarnya. Aku perlu berdistraksi.
Aku kadang berfikir. apakah yang aku lakukan selalu baik dimata Tuhan? jangan meminta dikatakan sempurna, sebab manusia tempatnya dosa yang tak terhingga. Hina. Tak usah takut hidup. Kekuatan tercipta karena jutaan kegagalan yang mencoba jatuhkan.
Aku berhenti berfikir. Untuk apa hidup dalam ke-nestapaan? toh, hidup harus terus berjalan. Tak perlu lama-lama berfikir, Tak perlu lama-lama menuliskan ide. Bergeraklah. Mungkin sulit berdiri diatas kaki sendiri, tapi setidaknya sudah mencoba. Sia-sia jika kau coba buatku menyerah, aku takan melemah.
- Salam kenal, Tuhan -
Comments
Post a Comment