Hinggap #2


Aku yang denganmu, ialah aku yang setiap hari membaik. Untuk menemukanmu, hatiku perlu mematahkannya berkali-kali. Lalu mengapa kau masih saja ragu? Jauhkan ragu, agar tak mengganggu. Aku bukan lelaki kesukaanmu, aku lebih buruk dari anjing. Aku anjing jalanan. Yang butuh kau sembuhkan. Aksara-ku berputar tak karuan, tak menentu. Liar. Selamat senja, masih baik-baik kah engkau? semoga baik. Rona merah jingga senja waktu itu, mengingatkanku tentang patahku.Tentang seseorang yang meninggalkanku demi kapal pesiar. ia melabuhkan ke yang lain. Aku hanya kapal petani yang terseok-seok dan lama-lama tenggelam. Temaram yang  mengingatkan-ku untuk lekas kembali kerumah, merebahkan segala lelah. Namun, patah tak kunjung surut menepi. Aku butuh kau saat ini. Puisiku sedang menari nari diatas puannya yang sedang patah hati. 

Pertemuan kebetulan kita waktu itu tak pernah tertulis di lorong waktuku, aku tak pernah berfikir tentang rasa. perasaan tetap saja rasa, bahkan hambar tetap disebut rasa. Areta Diyanti membuatku jatuh hati saat melihat matanya. Matanya hitam putih. Kaya acara TV. Aku suka caranya melihat dunia. ia berbeda, tak usah berubah untuk disukai. Aku ingin sesekali menengok dan melihat-lihat rumah. Pilihlah rumah terbaikmu. Akan ku buatkan rumah terbaikku. Kita mulai percakapan via ponsel. Aku memulai, aku diabaikan, aku diacuhkan, sedikit sulit membuatmu tertarik padaku. Aku lusuh, aku rusuh, aku bukan pemain. aku ditinggalkan. dihinakan.

"Hai Areta...." awal pesanku

Sedikit menunggu, satu jam aku tunggu, dua jam berlalu, tiga jam terlewat. Tak terasa sudah lima tahun pesanku tak terbalas. Engga bercanda. Sedikit aku berfikir untuk berhenti mengagumkannya. Aku ingin pergi jauh, tak memikirkan tentangnya. Tapi apa aku harus meninggalkan kegiatanku disini? dikota yang ku cintai. tempatku besarkan impian dan kepala. Jika kamu suka sama orang, jangan hanya diam, Lakukan. Aku terbayang kata ibuku. Ibu memang selalu menjadi payung terbaik ketika hati bimbang. Tiba-tiba hapeku tergetar. Aku terlalu banyak melantur. Hingga lupa bahagia bukan tentang itu-itu saja. Aku langsung buka hapeku.

"Ini siapa...?" balas Areta dilayar ponselku. 

Aku diam, memikirkan jawaban terbaik-ku. Gamungkin kan aku jawab "Ini ayahmu, kemana saja kamu ga pulang udah 12 tahun?" kalau kaya gitu dia bisa nangis dan baru tahu kalau ayahnya dua, aku mati kutu. hatiku tak menentu. pikirku buntu. Tanpa pikir panjang langsung aku balas.

"Ini Arkana Merah, panggil saja Arka. Aku pengagum-mu dari sini" jawabku aneh, abis sercing di google maps.

Aku termangu lima menit memikirkan apa jatuh cinta segila ini, kata lagunya efek rumah kaca jatuh cinta malah biasa saja. Sangat kontradiksi. Aku bingung dengan Tuhan menciptakanmu dengan cara apa, mungkin saat menciptakanmu Tuhan lagi tersenyum.

"Arkana merah mana? Ko bisa tau nomor aku?" jawaban areta membuatku bingung mau jawab apa.

"Tak perlu tahu darimana aku dapat nomor kamu, yang jelas aku hanya ingin berteman baik denganmu." Basa-basiku padahal mah pengen lebih dari temen. 

Dia tak membalas lagi, mungkin kamu langsung ganti kartu. Karena di sms orang gajelas. Lantas aku harus apa? Mengharapkanmu melihatku? Pikirku pecah, meluruh tak terarah. Memang cinta bukan untuk jiwa yang mudah menyerah. dan mudah kalah. Aku sedang merindumu. Kapan bisa ku istirahatkan hati ini? dari gejolak tak ber aturan. 

Rembulan senyum, melihat kegilaan malam ini. Aku bermain api, jangan dekati aku. Biarkan aku terbakar sendiri. tak bisa padam. tak jua bisa redam. Mudah saja membuat orang suka padamu, tetaplah jadi dirimu. jangan penuhi semua hasratmu. Jika kamu ikuti hasratmu, kamu akan mati oleh segala tuntut. Kita akan tumbuh jadi seorang pecundang. Semoga ada hal yang lebih baik dari ini.

Cinta bukan tentang cinta
Cinta jatuh tak lihat tempat
Cinta suka seketika hinggap
Lalu untuk apa kau suap?






Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)