Sebuah Kisah




Kisah ini kita mulai saat aku membuka sebuah buku. Lalu menuliskanmu yang tidak akan pernah usai kisahnya. Sebab, otakku bekerja jika sedang terlalu sayu. dan merindukan sesuatu.

Aku rasa kamu tidak akan pernah tahu yang aku alami beberapa hari setelah kepergianmu. Aku hanya bisa menenangkan diri dengan berdiskusi dengan diri sendiri. Kau merasa kau baik dan percaya. Aku pun merasa demikian. Menurutku berpisah bukan jalan terbaik untuk memperbaiki. Banyak sekali yang berubah dari diriku. Seperti aku berjanji padamu tiga tahun lalu untuk tetap pada satu wanita. Membuang segala hal yang buruk. Meninggalkan segala hal yang tak layak. Aku melakukannya.

Lantas setelah ditinggalkanmu, segala hal buruk memaksaku untuk turut serta. Aku tetap ingat janjiku padamu meski kita sudah tidak bersama. Untuk terus memperbaiki diri. Menjalankan ketetapan sebagaimana kodrat manusia kebanyakan. Aku hanya ingin membahagiakan ibuku, ayahku, kemudian kamu. Sampai aku dienyahkan jauh dari hidupmu. Tidak bisa kembali bertemu denganmu. Disembunyikan dari kehidupan barumu. Aku kosong.

Mungkin ayah ibumu tak menyukaiku, satu hal yang perlu ku lakukan ialah membuktikan. Aku terus berusaha untuk membuatmu senang. Melakukan berbagai macam hal untuk tetap bisa bersamamu. Menjalankan berbagai macam pembuktian agar ibumu menerimaku. Tidak salah orang tua menjaga putrinya agar dapat bersama orang yang layak menjaganya. Aku rasa aku layak menjaganya. Dan akan aku upayakan.

Tapi, mungkin Tuhan menyiapkan sesuatu yang lebih indah didepan. Tak apa aku ditinggalkan. Aku akan terus membuktikan entah pada siapa. Mungkin kamu yang baru dikemudian hari. Sebab, sampai saat ini aku hampa. Kehidupan bagiku hanyalah pengulangan kata. Yang dibungkus sedemikian rupa. Untuk kemudian akan terjadi hal yang sama. Mencintai, bersama, kehilangan, kematian, ketidakpastian, ketidakadilan, keputusasaan, keganjalan, kelayakan. Hidup hanya luka dan luka saja.

Untuk melewati itu, aku hanya butuh kamu. Mungkin tidak bisa, atau mungkin hanya aku yang membutuhkan. Tidak apa, dikepalaku hanya ada kamu. Meski beberapa orang sudah menggodaku. Tetap saja, aku padamu. Ah, sudahlah. Kamu selalu menjadi tema paling baik dikepalaku. Entah sampai kapan.

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)