Pagi, Abu-abu.




"Senang melihatmu bahagia, Terus berbahagia setiap harinya ya" Kata lelaki berwajah matahari, kemudian kembali tenggelam.

Akankah aku mencapaimu yang menjulang?
Dan maukah kau ikut bersamaku yang jurang?

Sinar kembali cemerlang, menerangi seisi bumi yang kehilangan binar. Lelaki penuh kesialan menempati dirinya diberanda kosong tak bertuan. Menggambarkan beberapa peristiwa selanjutnya. Kericuhan isi kepala, Adu kata dan kita. Kehilangan beribu kedatangan. Mengais masa lalu yang tercecer diporos-poros semesta. Membuka lagi luka yang tak kunjung sembuh. Mengobatinya kembali. Membasuhnya, merawatnya, hingga luka kembali basah.

Samar mata dipagi hari, mengucaknya hingga hilang. kehilangan diri sendiri. mencoba mencari arti dari setiap kejadian. Warna awan yang tak lagi biru, kelabu mendung yang sebentar lagi diguyur hujan. Kemarau yang akan segera berlalu.bertumbuh layaknya benalu. Diabaikan kehidupan, diabadikan yang tak abadi. Kehilangan dirasa pembelajaran. rindu yang bertumpuk pada seseorang, tak juga dibalas pelukan. Hanya dibalas dengan sebuah pelik. Lelaki merana, lelaki durjana. Kosong tanpa harapan, hening dengan ratapan.

"Senang melihat senyummu, yang diciptakan olehnya." Lelaki kiasan, dibawah mendung.

Menunggu punggung-punggung baru, yang bersedia menepuk punggung lainnya. Sandaran yang menguatkan, pelukan yang memabukkan. Tenggelam pada wanita-wanita tengah malam, menuntut hidup berkecukupan. Dengan modal godaan klise. Lelaki itu mengabaikan, kenangan begitu hinggap dikepala. Sampai tak mampu terlupa. Hidup begitu hampa, jika tanpanya. Namun, kehidupan mesti terus berjalan. Menempati diri sebagai lelaki pekat. Tak mampu terlihat, tak menampakkan diri.

Wanita itu tetap memilih meninggalkan lelaki tersebut dengan alasan terus tumbuh. Melupakan kejadian sebelum itu dengan cepat. Melepaskan kepergian dengan gercap. Meninggalkan dengan ragu atau paksa. Lelaki itu memilih berlari dibelakangnya, sampai wanita itu kembali ingat dan melihat ke arah belakang. Entah lelaki itu akan ada disana atau enyah. Teka-teki paling sulit didunia. Dijawab dengan sukarela. Pernyataan dan pertanyaan tak ada bedanya.

kita biarlah menjadi cerita.


Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)