Seperti hujan yang tanpa henti
Diselasar, sepanjang pilu
Merebah sejuta pelik yang memekik
Bergetarnya dingin dari sela tubuh pria itu
Meringkuk nanar, mata berbinar
Hujan terus mengguyur,
Trotoar penuh marah, sedu sedan penuh kita
Matahari enggan menoleh pada kenyataan
Riuh bising pria kesepian
Ketakutan menjadi kekuatan
Tuk merubah takdir; sang maha besar
Ketulusan hanya tuk yang mampu menerima
kehilangan dan langkah kepergian tak terdengar
Hanya samar-samar gemuruh hujan,
Silih dan terus berganti turun
Pada kota yang kehilangan nama
akal terkuras, rindu memelas
pria yang tanpa arah,
Hanya butuh waktu
untuk tumbuh , pada tiap-tiap diam
Pada perjalanan panjang singkat
Pada lekuk terjal takdir
aku benci membunuh mimpiku sendiri
Dalam kepala
aku istirahatkan semua kata
sementara hilang, tuk kelak dapat kembali tegak
Comments
Post a Comment