Berhenti mencari arti

Sudah, aku rasa sudah. Saat lelahku sudah dipenghujung payah. Kekuatan melemah, aku mengunci diri pada segala yang menyakitkan. Kau kembali patahkan semangat, aku putuskan untuk berhenti dari segala sedu sedan. Biar, pekerjaan menungguku. Kuliah, memanggilku. Kebutuhan, merengkuhku. Segala yang ku rasa percuma. Aku ingin pergi yang sangat jauh, tuk mengistirahatkan tenang 

Sial, segera beri aku alasan untuk benar-benar pergi. Apa aku terlalu bodoh untuk terus menerimamu jika kembali. Meminta maaf berulang kali, berlutut dihadapanmu tuk tidak pergi. Saat ku baca pesan seseorang memanggilmu seolah kau miliknya dan aku masih mampu menerima. Entah, luka segimana lagi yang perlu ku maafkan

Berjuang sepayah ini, berusaha sekuat itu. Tuk segala senyum yang ku pertaruhkan segala diri. Memang bukan aku yang kamu cari. Kau baik-baik saja selepas kehilangan, aku berantakan. Aku tak mau mendengar kabar apapun darimu. Aku harap kau lekas bahagia, seterusnya

Bahagiamu mungkin tak saling memberi kabar, bahwa pergimu untuk menghilang adalah cara terbaikmu. Aku mampu menerima. Selalu dan terus menerus akan seperti itu caramu

Tak ada lagi arti, dalam pencarian. Ya, hati selapang apa yang akan mampu bertahan sejauh itu. Ya, aku harap masing-masing dari kita mampu menerima. Bahwa akhir kisah ini adalah sebuah realita, kalau kenyamanan tumbuh setelah aku benar-benar pergi. Ya, tanpa kamu minta aku akan segera pergi

Cara Tuhan untuk menjauhkan begitu menyakitkan ya, bagian-bagian perjalanan yang penuh luka. Aku akan mulai diriku yang mungkin tak kamu kenal, berada ditempat yang kamu pun tak akan mencariku. Seperti dulu, kau tak kan bertanya seberapa berat hariku, seberapa sulit yang aku hadapi, seberapa takut aku mengambil keputusan, seberapa kuat aku menjalani nya, seberapa badai dan ombak yang mampu kelewati dengan terseok, seberapa takut aku menapaki dunia, betapa lelahku hanya diriku sendiri rasakan. seorang diri berjuang demi kasih yang enggan. Percayalah aku membutuhkan itu, kau peluk jika ku rasa aku tak mampu melewatinya. Kau kuatkan, saat ku rasa dunia begitu jauh. Aku tak mendapati itu

Kau begitu keras kepala untuk saling mengerti, kau memintaku untuk saling memberi tahu. Nyatanya, kau menutup seluruh telinga dan enggan berbicara. Ego siapa yang sedang kita beri makan? Kau bilang perlu diajari caranya memberi sikap, bagaimana kau menyikapi masalah saja tidak dengan solusi. Mengambil sikap seolah kau yang paling benar, kita ini salah. Hanya perlu dewasa untuk menyelesaikan. Aku rasa dengan pergi, kita tidak menyelesaikan. Hanya membuatnya tertidur

Betapa bencilah aku, dengan segala kekuatanmu. Terimakasih dan maaf. Mungkin tulus ini hanya untuk yang mampu menerima. Gagalku dalam setiap kisah, kan jadi pelajaran tuk kisah baru. Dan semoga aku akan segera dapat bahagia yang mampu menerimaku utuh

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)