Orasi Tak Berisi


Pun; sebagaimana tuhan memberikan kebahagiaan untuk kita, Dua mata untuk melihat, Telinga untuk mendengar, Kaki untuk berjalan, Tangan untuk saling menggenggam, dan Hati untuk saling merasakan. Kita tak bisa memilih untuk lahir dikeluarga seperti apa. Kaya atau Miskin, Tepandang atau Teracuhkan, Terpatahkan atau Termentahkan. Tuhan selalu punya sisi baik setiap memberi kesusahan, terkadang apa yang kita harapkan tak sesuai kenyataan. Sabar dan tabah yang menguatkan. Kita mungkin hanya terjebak dalam luka, selebihnya itu hanya ketakutan hati sendiri. Cinta dan kasih sayang selalu memenjarai waktu, dan temu tak pernah tepat waktu. Kita juga mungkin sering solat tak tepat waktu, berkata "Ingin bangun keluarga." bangun subuhnya aja dulu benerin.

Kita dimasa lalu adalah kita yang sekarang, masa lalu sudah kamu lewati waktu demi waktu, hari demi hari, tahun demi tahun. Mau sampai kapan berdiam didalamnya? Tak usah repot-repot berjuang melupakan masa lalu, hari esok udah menunggu. Jika ditinggalkan, acuhkan. Jika ada pertempuran, damaikan. Jika dia memilih yang lain, relakan. Jika diludahi, ikhlaskan. Tuhan maha enjoy. Pengalaman adalah guru terbaik, begitu kata orang-orang. Memang benar, seburuk apapun pengalaman dan perjalanan seseorang saat waktunya mengambil keputusan. Ia; lebih dewasa. Kita tumbuh jadi manusia ber-etika dan ber-tata krama. Lalu tuhan memberimu kebahagiaan yang lebih dari kata surga. Tak perlu takut kehilangan arah, Tak perlu takut kehilangan radar, Tak perlu takut kehilangan seseorang. Jika waktunya tiba untuk hilang dan tenggelam. Kita harus siapkan pelampung untuk kembali ke atas dan kembali mendayung.

Kesimpulan dari Orasi ini adalah Setinggi apapun kamu sekarang, Setinggi apapun gaji kamu dan segala kemewahan yang diberikan tuhan. Tetaplah rendah hati. Kita tumbuh untuk mengadakan perubahan. Anak muda harus selalu inspiratif, anak muda gaboleh diem mulu. sampai kapan diem aja dan gamau gerak? Let's Do It. Lakukan sesuatu sekarang.

Jika kamu sekarang sedang diremehkan atau dipandang seperti hewan. Tenanglah, tak usah dipikirkan, kita susah payah membangun pondasi, orang-orang berusaha merubuhkannya. Sewajarnya hidup seperti itu, saat kita dibawah kita dihiraukan. Saat kita di atas kita mau dihancurkan. Dunia selalu punya kejutan. Yang mungkin setiap orang tak bisa hindarkan. Kadang kita dipaksa untuk melepaskan, kadang juga kita dipaksa untuk saling menjaga. Dunia selalu keterbalikan. Sekarang kamu diatas bisa saja jatuh ke dasar. Sekarang kamu meninggalkan bisa saja kamu nanti ditinggalkan. Tuhan maha adil, Tuhan tak pernah tidur. Tuhan begadang untuk mendengarkan segala resah-resah hambanya. Kita saja yang tidak melihat.

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)