aku dan kuat
betapapun keras membenturkan diri, pada dinding-dinding kokoh yang kau buat. kekuatanku tak memadai. begitupun kau cepat dalam menyimpulkan diriku, yang menjadi sosok asing pada cerita orang lain yang baru kau kenal. dogma yang kau yakini mampu menghapusku, dalam ingatan itu. kita adalah asing yang kau ciptakan. seolah hidup dan perjalanan berlalu begitu saja, ku tapaki kakiku pada langkah-langkah baru dalam upaya menyembuhkan. tak jua bergeming, tak jua mereda. aku hanya beralih pada kisah selanjutnya, perjalanan yang lebih berat. kekhawatiran yang lebih tumpang tindih.
doaku selalu sama pada pemilik langit, tentang masa selanjutnya yang aku pun tak tahu. yang jelas, sedang ku usahakan, sedang ku upayakan. semampuku, sebisaku. dengan lengan-lengan kecil yang terus membawaku berjalan. pada yang entah apa, pada yang aku pun tak tahu. waktu dapat menyembuhkan, seberapa luka memar yang memerah pada diri. yang kau pun tak pernah menoleh. kau berlari begitu cepat, dan aku terus mengejar. saat itu kau menoleh, aku sudah tidak ada.\
kita tak selalu bisa menyenangkan semua orang, kadang patah adalah bagian dalam berjalan. kadang kita menemukan bukan saat mencari, namun saat berhenti. aku suka berdiam diri sendiri, di emperan teras, di tepi jalan, di dalam perjalanan, di saat itu aku mampu mendengar isi hatiku sendiri. berbicara untuk tetap saling menguatkan. betapa hancurnya aku oleh segala tuntutan, dan tidak ada yang menguatkan. menghadapi badai sendiri, aku terus berjalan ditengah badainya. sampai nanti, mungkin besok aku sampai
bukan tentang siapa yang membawa kita sampai ke tujuan, tapi tentang sepasang kaki yang kuat.
Comments
Post a Comment