pertunjukkan opera ; binar mata yang hilang
padam semua lampu, merefleksi diri. kegelapan yang ku rasa akan segera terang. si paling terlihat tenang, mulai menampakkan wajah muram. kau tau apa yang mampu menenggelamkan selain luasan lautan? ya, matanya yang penuh binar. kini sudah berpaling pada peluk tubuh baru yang berada di selatan kota. kini cerita kehilangan pemerannya, latar belakang dan lakon dalam pertunjukkan kehilangan maknanya. sebuah pertunjukkan yang tak layak di pertontonkan. kau tau apa yang aku takutkan? kehilangan selanjutnya pada cerita berikutnya.
langkahku sejauh kota, rinduku laut yang tak kunjung surut. aku dengan mataku yang menemani terjaga hingga usai perjalanan, sampai tampak lagi sosok pemeran pembantu dalam sebuah opera. tuk sekadar menemani hingga selesai acara. datanglah, sini pada dekap yang membiru. haru. ceritakan segala rahasia yang kau sembunyikan di pundakmu, ungkaplah padaku dengan suara atau tatapan mata. jelaskanlah betapa penuh lemari dikepalamu.
tak apa, aku hanya kehilangan binar. suatu hari nanti ke depan, jika semua ku rasa berjalan sesuai rencana. ku harap segala ketakutan yang kita ciptakan di dada maupun kepala usai sudah. kau dengan segala yang kau pilih, aku dengan hamparan yang masih ku telusuri betapa tenang yang tak dapat dibayangkan. pada kata yang tak dapat kutata, entah kau datang dengan badai yang lebih besar. aku dengan badai yang sedang ku tunggangi. padanya, aku doakan segala hal baik datang menyertai.
doa dan berbagai macam pertanyaan di kepala, tak kunjung terjawab. apa kau tak rindu menatap mataku dari dekat. hanya waktu yang mampu menyembuhkan, waktu yang mampu mengajarkan, waktu yang mampu menghapus. aku sadar, betapa pertunjukkan sudah selesai. kini, aku hanyalah masa lalu yang sebaiknya ditinggalkan. betapa perjalanan masih jauh didepan. aku tak butuhkan uluran tangan siapapun, betapa egois tuk dapat berjalan sendirian. namun, ku rasa itu yang bisa dilakukan. betapa luka masih begitu merah, tuk kembali membuka kisah.
kepada hari-hari, kuatkan seperti hari sebelum itu
kepada waktu-waktu, percepat detik dan jarum arlojiku
kepada tahun-tahun, tercapailah segala rencana
kepadanya, kepadamu
percayalah, suatu hari yang tidak kita inginkan
kita bertemu
kau dengan segala hal yang kau mau
aku dengan segala yang kau ingin dulu
Terima kasih,
aku kejar satu persatu karena luka
sebab luka
Comments
Post a Comment