Kita dipaksa Kuat

 


2019, 2020, 2021 sudah sampai dipenghujung. Segera berlalu secepat kilat, semua kejanggalan terjadi beruntun. Aku terus menerus merasa kehilangan. Bergegas memantaskan diri, untuk kehidupan yang entah apa. Hidup; yang berat, yang keras. Godam memukul tanpa henti. Dibentuk menjadi seorang lelaki bias. Akankah keredupan ini kembali terang? Kapankah kegelapan ini kembali luwes? 

Tengah malam, aku menyusuri kota. Berkendara menghirup udara yang terhempas. Aku bebas, aku lepas. Kepalaku penuh, dengan segala dunia. Aku butuh tenang, keriuhan ini sudah terlalu bising. Napas tersenggal; jantung berdetak satu demi dua detik. Punggungku menggunung, besarannya semakin bertambah. Tidaaaaakkkk kepalaku ingin pecah. Tuhan, Dimanakah engkau? Di sisiku, kan? 

Aku termenung, merunduk betapa lemahnya dihadapan-Nya. Kembalikan segala yang hilang. Pintaku. Jika merasa memiliki membuat diriku payah, hilangkan-lah. Aku tak apa. 

Kita dipaksa saling menguatkan, menjalani hari-hari lelah. Di uji dengan segala perintah, yang tidak ada jawabannya. Menutup mata, menarik napas dalam. Angin menghempas ke seluruh badan. Aku merasakan menjadi aku. Nyatanya yang dibutuhkan untuk hidup bukan keberadaan. Kehilangan ialah salah satu dramanya.

Pegang tanganku, jangan kemana-mana. Pintaku pada seseorang. Kuatkan, dikuatkan. Semangati, menyemangati. Tarik aku jika terlalu jauh. Aku ingin kosongkan segala pikir yang terukir. Terus di sisi. Walau badai datang, sampai kabut turun, Hujan terang terlewat. Kita adalah sepasang yang saling mendoakan. Kali ini, aku tidak akan menangis. Lelaki kuat tidak akan berhenti, sampai mati, sampai nanti. Kisah kita kan jadi sejarah dalam pedoman cerita yang usang dan perlu kau hampiri beberapa kali.

Catatan Kaki,
Lelaki bias.  

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)