Baik, Aku baik-baik saja

Beranda rumahku kian sepi, ditinggalkan sebagian. Berapa banyak lagi kehilangan yang harus dilewatkan? Air-air tuhan turun dari langit pagi. Aku baru saja kehilangan sebagian dari diriku. Kau membelakangi. Aku tersedu, mengendarai sepeda motor dengan tergesa. Tidak peduli malam atau siang. Berusaha menahan isak ditengah perjalanan. Debu merasuk ke sela kacamata ini. Aku tetap pada diriku. Keras kepala untuk tetap bisa bertahan denganmu. Tetap tinggal dihadapan rumah yang sama, yang dahulu sering kita bicarakan. Masa depan yang sudah dipikirkan sedemikian.

Segala yang pernah terlewatkan, dilepas begitu dalam. mengukir asa kembali. Segala pernah yang tidak lagi pernah. Kita hanya salah menafsirkan kesalahan. Menuhankan ego sebagai pedoman. Lalu saling menyingkirkan. Ditengah badai diriku. aku selalu berkaca, hidup sebegitu jahatnya. untuk seseorang yang sedang berproses. Aku mengira semua akan baik-baik saja. Tetap ditemani, saat masalah datang bertubi-tubi tanpa permisi.

Akan ada berapa banyak lagi kehilangan, Tuhan?

Sudah cukupkan, aku lelah dengan segala ujian. Ini yang terberat. Jika kau mempertemukan aku lagi dengan kehilangan, salahkah aku mengakhirkan segala bahagia yang diciptakan semesta. Berusaha untuk baik-baik saja begitu sulit. Menjalankan semua kegiatan yang sangat pahit. Seperti mencekik diri sendiri. bekerja dengan hati yang sedang tidak tahu kemana arah pulang.

Menutup rapat-rapat hati untuk siapapun yang ingin masuk tanpa mengetuk. Juang yang terasa percuma. beberapa hari ke depan. beberapa bulan ke depan. beberapa tahun yang akan datang. aku bukanlah aku yang sekarang. mencapai semua mimpi-mimpi yang dahulu sering di utarakan.

Bingkai figura wajah kita ku selipkan rapih ditumpukan cerita kita. Sebagian sudah tertanam pada apa yang tidak terlihat. Sedu-sedan kota terasa rapuh. hening dan sunyi serta kicauan pagi membawa tertidur untuk selamanya dan tidak kembali pada diriku yang ini. Kepulangan ke rahim ibu, Aku manusia, yang penuh salah. Tidak layak masih ada bumi.

Seringkali, keberadaanku membuat seseorang berkata untuk tidak menatapku dalam. Menyuruhku untuk segera berhenti memperjuangkannya. Otak bebalku tahu mana yang harus diperjuangkan. Semoga, hari yang akan datang. Matahari kembali ke jiwa-jiwaku yang hampir rusak.


Semesta bergerak, pukul 7;30