Belajar Membenci


Tentang bagaimana caranya saling melepaskan genggaman dan meluapkan kata, kita.
Menuju malam-malam yang kelam, aku berada diantara senja. Sepi-sepi, Mati-mati. Memanggil diriku sendiri yang mulai jauh padanya yang aku kira rumah. Kepulangan yang pasi, kenangan yang basi. Aku kenakan jubah yang selama ini aku letakan di dalam lemari kamar. Menggali ide liar, menuangkan dalam ketikan regulasi pijar. Menyimpulkan arti kesepian, yang sebenarnya hanya persepsi yang merusak keadilan. Kepedulian hilang tanpa arahan makna tunggal. Mataku terperangah, pada titik nostalgia yang aku rasa percuma. Aku menitipkan doa, Tuhan memangkunya dengan iba. Aku hanya sedang terjebak pada apa yang bukan aku.

Depa pelukan lari, duka luka nyeri. Pada jajaran nestapa kini, aku hanya berserah diri. Memastikan tidak akan ada lagi kedatangan yang memabukkan. Aku tuangkan secangkir senda gurau pada cangkir kaca besar. Tidak akan habis, bila ku teguk sampai tiris. Sisipkan catatan perjalanan pada dinding-dinding kamar, yang akan selalu ku ingat. Menuliskannya tanpa henti, sebab kacaunya pikiran membuatku terus ber ceracau. Jemari kita melepaskan kita. Dekapan suka menjadi duka. Periang menjadi pemalang. Senang menjadi kenang, hilang menjadi hitam. kita menjadi luka.

Perubahan dan perbedaan menjadi alibi kejam, ego menyelimuti kepala saling tumpang tindih. Terperangkap pada cinta yang usang. Aku membiarkannya pergi, bertahan pada opini yang menuntut kebebasan. Aku membiarkannya lari, ber senggama pada apa yang kau rasa lebih baik. Semua kesalahan menjadi tujuan mereformasi hati. Tidak, semua akan baik-baik saja. Hati tidak bisa direparasi. Sekalipun kita, hanyalah orang yang sama-sama menunggu peristiwa selanjutnya.

Aku tidak membenci siapapun. Hanya terus belajar membenahi diri. Bagi semua orang, bahagia bukan hanya tentang uang. Dan bagi sebagian orang, bahagia bisa dibeli dengan uang. Hidup memang saling berpedoman, Pada prinsip yang tidak pada ketentuan. Kita merencanai sesuatu yang Tuhan tidak pernah rencanakan. Lalu, Tuhan memberimu ujian. Berupa jatuh yang sangat dalam. Terpelosok pada jurang tanpa air. Manusia diciptakan untuk melampaui batas. Bergerak agar mencapai ketentuan masyarakat luas. Aku berusaha memperbaiki diri setiap harinya.

Terima kasih, untuk setiap hela napas.

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)