Tak ada bertambah Umur, Yang ada menuju Mati

Source of Google Images

Aku tak pernah menang, aku selalu kalah. Lalu untuk apa mempertahankan yang tidak hakiki?

Sama seperti ibu, ia tak pernah tua. ia hanya memindahkan kecantikannya dari wajah ke hati. itu kata buku yang pernah aku makan hidup-hidup. Apa tujuan hidup selain mati? Ya membahagiakan orang terdekat, kerabat, sahabat, sebat, dan rindu yang berkelebat. Aku tidak senang berada dalam ramai. mereka tidak damai. Aku lebih senang berada dalam diam, ia tak bungkam. Ia bicara lewat hati, lantas untuk apa mati tanpa pembodohan dalam ramai yang begitu sepi?

Saat nestapaku mulai hilang, senjaku datang. ia membawa warna baru, bukan petang, apalagi puting. ia membawa begitu saja. Aku terbawa. Aku senang memandanginya. Saat aku mulai dekat, dan melekat. senjaku meninggalkan tanpa sebuah pergi. Aku tidak menahannya. Sebab; pada sebuah pergi, ada yang tertinggal. Entah itu kenangan atau hanya epilog percakapan.

Aku merindukan kata peduli. jika aku hilang. ataupun tenggelam. Apakah ada yang mencari? itu sebuah pertanyaan. Bukan pernyataan. tolong jawab. Aku tidak ingin hati ini membabi buta oleh dogma beracun yang menyelinap ke hati lewat mimpi. Aku tidak mengerti, dosa apa yang membuatnya berhenti peduli. Mungkin tak tampak, mungkin tak terlihat.

Maafkan jika hidupku kurang membahagiakan. Aku ingat pada pukul ini, bulan ini, tahun ini. Tepat hari ini. Aku (masih) belum jadi apa-apa. Bukankah sebuah perjalanan tak selalu luka atau liku. Tuhan maha pendengar, dan maha santay. Doakan.

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)