Nelangsa
Nelangsa bertuah, hingar bingar meminta menghindar dari belati tak bertuan
Lesap ditelan angin malam, hingga sudut telingaku kelana ke penjuru
Ucapan yang banal tak elok, semua pedusi tak akan menyukainya
Aku ingin luring, pergi dari hiruk pikuk mayapada
Mencari aku yang sesungguhnya, aku yang kamu inginkan
Kan ku buat kaki-ku seringan mungkin, Berkelana, tanpa celana
Tak memikirkan apapun yang menentang
Hingga sampai tujuan, akulah pemenang
Dan kau hanya diam, wahai pedusi yang menyakitkan
Terimalah pembalasanku, aku adalah anjing jalan
Yang meminta hak, dan menjalankan kewajiban
Meredamkan segala amarah dan ego
Demi sebuah nasi kotak, dan minuman
Lalu pergi, menanti sebuah harapan
Adakah rindu yang menantikan kepulangan?
Entah, Inilah aku; Badjingan yang tak tahu rumah
Anjing jalan yang tak tahu etika
Inilah aku; Cemas-mu yang dibuat-buat
Rindu-mu yang berkelebat
Inilah aku; Sepasang peluk-mu yang asing
Kecupan-mu yang tertinggal
Terima Kasih Dunia, Atas semua Karunia.
Lesap ditelan angin malam, hingga sudut telingaku kelana ke penjuru
Ucapan yang banal tak elok, semua pedusi tak akan menyukainya
Aku ingin luring, pergi dari hiruk pikuk mayapada
Mencari aku yang sesungguhnya, aku yang kamu inginkan
Kan ku buat kaki-ku seringan mungkin, Berkelana, tanpa celana
Tak memikirkan apapun yang menentang
Hingga sampai tujuan, akulah pemenang
Dan kau hanya diam, wahai pedusi yang menyakitkan
Terimalah pembalasanku, aku adalah anjing jalan
Yang meminta hak, dan menjalankan kewajiban
Meredamkan segala amarah dan ego
Demi sebuah nasi kotak, dan minuman
Lalu pergi, menanti sebuah harapan
Adakah rindu yang menantikan kepulangan?
Entah, Inilah aku; Badjingan yang tak tahu rumah
Anjing jalan yang tak tahu etika
Inilah aku; Cemas-mu yang dibuat-buat
Rindu-mu yang berkelebat
Inilah aku; Sepasang peluk-mu yang asing
Kecupan-mu yang tertinggal
Terima Kasih Dunia, Atas semua Karunia.
Comments
Post a Comment