Menulismu;
Berapa halaman lagi yang akan terbuka, hari demi hari terlewati kebersamaan. Kenangan, mengenang. Bersiaplah untuk ditinggalkan. Aku mencintaimu sangat dalam. Tak terhingga, meski terlalu klise. tapi ini sungguh. Temani aku, dimasa tersulit ini. Peluklah, selama mungkin. agar tenang selalu bersamaku. Lelaki tengah malam.
Meski hidup melelahkan, kadang terjatuh, tersungkur ditengah jalan. Kuatkan aku dengan doa-doamu. Aku menulismu pada malam, agar terhindar dari segala ingin yang memudar. Segala perjuangan dan pembuktian dibutuhkan untuk menghentikan penilaian buruk pada diri ini. Kuatkan, agar segala mimpi yang tergambar mampu menyatakan semuanya. Akan ku bangun rumah dengan segala isinya, memenuhi segala inginmu. Tapi, aku mohon. Untuk bersabar. Aku pun, mengerti. Bahwa sabar ada batasnya.
Mimpi kita tak akan terlaksana dalam satu malam. Berhari-hari aku melewati masa sulit, tidak terlalu jika denganmu. Percayalah, segala lelah-lelah, segala usaha-usaha. Akan didengar, akan diwujudkan oleh sang pemberi. Kita adalah pemeran utama pada pertunjukan hidup kita. Menjalani hari-hari pasi, berulang. Repetitif. Aku menulis dengan memejam, agar dapat merasakan keberadaan.
Setelah sekian banyak kehilangan, aku akan merasa terbiasa. Jika suatu hari nanti, aku tak mampu menggapai segala inginmu. Menjadikanmu, pendamping yang selamanya. Aku akan terbiasa, merawat luka ini sendiri. Walau kadang nyeri datang menghampiri. Jika nanti aku kehilanganmu, aku akan berusaha merelakan sekuat tenaga. Kebahagiaanmu sudah diatas kebahagiaanku, Apa salah?
Akulah sikeras kepala, yang selalu memintamu pada sang pencipta. Berdoa agar segala kisah dan kasih terjalin sampai nanti.
Comments
Post a Comment