Sebuah Kepergian tanpa Kepulangan




"Aku pergi dulu ya, nanti jika ada rindu datang tanpa mengetuk. Percayalah itu dariku." Katanya sebelum memudar.

Aksa menjadi lelaki paling tidak beruntung didunia. Ditinggalkan kehidupan, ditinggalkan semangat juang. Perjalanan terasa panjang tanpa ujung. Setelah kehilangan kedua kalinya, Aksa menunduk menahan isak. Tangisnya hampir tumpah didepan Areta. Kehilangan terasa begitu berat. Berjalannya kehidupan Arkana berarti mundur. Mata kita tidak lagi bertatap, mimpi tertimbun diatas kata-kata buaian. Dua orang yang tak lagi memandang, Doa terus terucap tanpa amin dibelakang. Kita sekarang hanya berada pada beranda usang yang tidak ada ibu untuk merawat dan membersihkan.

Mengurung diri dikamar, menulis kata paling arogan. Mengucak mata pada siang, umur sudah semakin baya. Transformasi diri untuk kembali layak dicintai. Menghidupi hidup. Merayakan kehilangan dengan secangkir senda gurau. Menyetel lagu yang sama berulang. Arkana menjadi lelaki tanpa kata. Sering diam, memandangi jendela terik masuk menyelinap. Kedua tangan menengadah tanpa busana muslim. Berdoa tidak diatur oleh Tuhan. Doa dapat dilakukan disegala macam godam. Ibu berteriak dari luar jaringan ,menyuruh dan menyuguhkan sarapan padi.

"Arkaaaanaaaaa, makan dahulu. Berpikirnya dilanjut nanti setelah makan." Ibu dengan suara lantang seperti danton.

Kaget mendengar teriakan ibu, Arkana merapihkan tempat tidur lalu bergegas.

"Siaaaaaaaap ibu, walau berpikir hanya diam , ternyata butuh banyak tenaga ya bu?" Jawabnya

"Iya cepatlah, ibu masak seadanya itu cuma ada tumpeng. Kamu lupa ya ayah ulang tahun?"

"Udeeeeh gile, tumpeng mah bukan seadanya, Aku ingat, ayah mana?"

"Itu ayahmu didepan sedang bercocok tanam, aneh dia kadang rumput diajak ngobrol."

"Hahahaha, dia mungkin punya chemistry sama rumput bu. Jadi setiap kali rumput butuh air. Ayah siap membawakan segelas air."

"Ada-ada saja emang ayahmu. Makan dahulu sana."

Ibu mengambilkan nasi ke piring Arkana, lalu kembali mengerjakan segala urusan rumah tangga. Arkana makan sendiri, dengan hidangan yang kata ibu seadanya. Ingatan tetap saja sering datang tiba-tiba tanpa aba-aba. Wajah Areta tetap terbayang tepat didepannya sedang makan bersama. Arkana seringkali bengong ketika makan. Entah memikirkan apa, mungkin sangat menikmati hidangan hari itu.

Tuhan selalu punya rencana baik atas segala kejadian, akankah lebih baik atau akan lebih buruk. Kita sebagai manusia seringkali menerka maksud Tuhan tapi tidak bisa. Senang, sedih, jatuh, bangun selalu ada disetiap perjalanan. Tugas manusia hanya terus berusaha dan berdoa. Semoga akan lebih baik kedepan. Ngantuk ini nulis gini doang. Cerpentol. Cerita pendek tolol yang tidak ada alurnya.

Bersambung.........

Lanjut nanti kalau mood lagi bagus.


Comments

Popular posts from this blog

Quotes Konspirasi Alam Semesta (Book Review)

Quotes Tapak Jejak Fiersa Besari (Book Review)

Quotes Kami Bukan Sarjana Kertas (Book Review)