Badai dan Pilu
Aku,
Terbentuk dari Dunia paling kejam perkumpulan warna paling gelap di semesta. Inkarnasi menjadi warna-warna hambar tak terang. Liku dan lukanya seringkali menertawakan ku. Pemurung yang matanya kelu. Periang tanpa senang. Pembawa berita bahagia untuk dirinya sendiri. Pertemuan yang tanpa basa-basi mengajakku terbang setinggi tak terhingga. Bertemu camar yang bertebangan, bercengkrama dengan awan yang bersenggama. Sampai aku lupa bahwa diriku perlu mencintai diriku sendiri. Aku berada di titik paling jauh. Melupakan masa lalu, meluapkan keheningan yang aku rasa tanpa dibuat-buat. Kilau mentari yang menyadarkan, rintik sendu yang menenangkan. Berita kehilanganmu yang paling banal.
Sedang kamu,
Pilu yang terbuat dari sepasang kabar baik untuk semesta. Dunia menyambutmu dengan sukarela. Membawakan hangat peluk ibu, membawakan pesan dari semesta yang membuatmu lupa. Aku mengajakmu terbang bersama. hingga dasar terbentuknya dirimu melupakan dirimu sendiri. Berevolusi bak roda kehidupan yang berputar dengan kecepatan penuh. Kamu tidak mengendarai dirimu sendiri. Beribu maaf aku ucapkan untukmu. Karena aku tidak sebaik ayahmu, yang selalu rela menunggu walau waktu seringkali berhenti. Bolehkah aku berkata bahwa aku sangat mencintaimu melebihi ayahmu. Jika tidak, aku akan segera pergi. Menjadi badai yang membuat sepasang matamu kehilangan aku.
Sedang kita,
sisa-sisa dari hidup yang hampir redup, pada apa-apa yang sedang aku usahakan. Aku yakinkan bahwa itu bekal untuk masa depan. Aku akan malu, jika ditanya apakah aku mampu menghidupi anak tersayang dari keluarga bahagia. Tak terbayang, jika pada akhirnya. Kita sama-sama saling membelakangi. Aku dengan urusanku, Kamu dengan urusanmu. Sama-sama berjalan. Untuk menjauh. Tumbuh bersama namun tidak bersama. Terus memperhatikan, tanpa berpegangan.Aku menjadi kabar yang tidak ingin kamu dengar, Aku menjadi sesuatu yang kamu campakkan, Aku menjadi kehilangan yang tidak kamu ingat. Tidak apa-apa, tetap pada dirimu. Kamu akan selalu tumbuh dengan cepat, sedang aku tumbuh dengan perlahan tidak tahu sampai kapan.
Maaf untuk segala khilaf yang tanpa atau dengan sengaja dilakukan. Untuk tiap waktu yang hampir hilang. Aku akan bicarakan lagi dengan aku yang baru. Yang terus mencoba melakukan perubahan. Untuk diriku sendiri, lalu selanjutnya berguna untuk orang lain. Terimakasih.
Dari kabar burukmu.
Comments
Post a Comment